Pages

Stop Exploitasi Hutan Indonesia!

Selasa, 09 April 2013

Akankah Kasus Cepu Terulang di Blok Mahakam ?


Drama tentang siapa operator yang akan memegang sumur gas dan minyak Blok Mahakam Kalimantan Timur, semakin menarik dicermati. Total E&P Indonesie (Perancis) ingin kembali memegang blok Mahakam, setelah kontrak 25 tahun habis pada tahun 2017 nanti.

Sementara Pertamina juga ingin memagang sumur gas dan minyak Blok Mahakam yang 25 tahun telah dikelola oleh asing. Sudah waktunya Pertamina memegang sumur sumur besar dan terlebih  melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak dan gas asing di tanah air.

Keinginan Pertamina seperti itu sebenarnya sudah lama, termasuk ingin menjadi operator sumur minyak Blok Cepu Jawa Timur. Dirut Pertamina kala itu, Baihaki Hakim maupun Widya Purnama diberhentikan karena tidak setuju ExxonMobil menjadi operator di Blok Cepu.

Baihaki Hakim termasuk yang vokal menyeruakan tentang kesanggupan Pertamina. Menurut Baihaki Hakim, Bank Mandiri dan sindikasinya juga siap mendanai pertamina, karena sumber minyak dan gasnya sudah jelas.

Tapi harapan dan impian tinggalah harapan. Pemerintah akhirnya memilih ExxonMobil sebagai operator sumur minyak di Blok Cepu.

Kini peruntungan itu dicoba kembali oleh Pertamina dengan dukungan dari Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dahlan menginginkan Pertamina bisa mengambil tambang migas Blok Mahakam secara penuh, yang masa kontraknya dengan Total Perancis habis tahun 2017 mendatang.

“Sebaiknya ambil Blok Mahakam 100 persen penuh. Ini kan agar sesuai dengan keinginan masyarakat agar Pertamina bisa menjadi kebanggaan bangsa,” kata Dahlan selepas Rapat Pimpinan BUMN di kantor Pertamina Jakarta, Selasa (2/4/2013).

Dahlan mengatakan, kalaupun harus berkolaborasi dengan pihak di dalam negeri maka perusahaan yang akan diajak itu harus mampu melakukan eksplorasi tambang minyak dan gas bumi.

“Mereka bilang mampu. Jadi saya ingin meluruskan bahwa Pertamina itu mampu. Seperti yang kita lihat di Blok West Madura Offshore (WMO) dan PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ),” tuturnya.

Terkait dana untuk membeli Blok Mahakam, Dahlan berharap Pertamina menyiapkan segala sesuatunya. Pihaknya sebagai pemegang saham mayoritas di Pertamina, akan menyerahkan mekanisme sepenuhnya ke perseroan.

Namun sayangnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan tidak dalam kapasitas memutuskan, melainkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipimpin Jero Wacik.

“Saya bukan dalam kapasitas memutuskan. Saya akan ikut pemerintah. Soal dana itu bisa dicari,” ujar Dahlan  Iskan.

“Saya dan Bapak Menteri ESDM Jero Wacik akan melakukan pernyataan pers bersama mengenai hal ini. Tetapi keputusannya di tangan Pak Jero,” kata Dahlan di kantor Pertamina Jakarta, Rabu (3/4/2013).

Dahlan menjelaskan, sudah melakukan rapat dengan direksi PT Pertamina untuk membicarakan rencana Pertamina mengambil alih Blok Mahakam. Selain itu, dalam rapat  juga dijelaskan kemampuan Pertamina dalam mengambil Blok Mahakam termasuk soal dana untuk akuisisinya.

 
Lapangan Migas Blok Mahakam

Total E&P

Tentu saja Total EP Perancis tidak akan tinggal diam dan akan melakukan berbagai hal. Mereka berharap  bisa kembali menjadi operator sumur gas dan minyak Blok Mahakam untuk 25 tahun ke depan.

Berbagai cerita bisa dikarang pihak terkait agar Blok Mahakam ini jatuh ke tangan Pertamina. Berbagai cerita juga bisa dikarang agar Blok Mahakam ini tetap dipegang Total Perancis.

Misalnya Blok Mahakam ingin dipertahankan di tangan Total Perancis, akan keluarlah berbagai alibi,  seperti/semisal:

“Menjaga jumlah produksi gas dan minyak agar tetap stabil…..sumur tua membutuhkan treatment khusus dengan teknologi mutakhir agar  gas  dan minyak yang dihasilkan tetap pada jumlah yang ditargetkan”. “Teknologi injeksi “busa” untuk mengangkat gas dan minyak hanya dimiliki Total dan belum dimiliki Pertamina…sehingga operator sumur gas dan minyak ini tetap dipegang oleh Total”.  Dana yang dibutuhkan untuk operasi sumur tua sangat besar termasuk mencari kantung kantung yang baru, sehingga bank dalam negeri tidak berani menyimpan dananya dan dikhawatirkan Pertamina akan mengalami kerugian besar.  Cadangan gas dan minyak di Blok Mahakam telah menipis, sehingga kalau dipegang Pertamina selama 25 tahun ke depan…akan merugi (padahal maksudnya agar tetap dipegang Total Perancis).  Masih banyak lagi cerita cerita yang bisa dikarang untuk dijadikan pembenaran.

Intinya jika Blok Mahakam itu diatur agar tetap dipegang oleh Total EP, maka cerita cerita seram yang nantinya akan kita dengar seperti di atas. Mirip dengan kasus Blok Cepu yang dilepas ke ExxonMobil.


Final Countdown

Kini kita akan menunggu apakah sumur migas Blok Mahakam, akan dialihkan ke Pertamina setelah dipegang 25 tahun oleh Total EP Perancis, atau tetap dipegang Total EP, untuk 25 tahun ke depan.

Pemerintah seharusnya memberi kesempatan bagi Pertamina untuk tumbuh dan berkembang. Teknologi eksplorasi migas memang rumit di tengah cadangan minyak yang secara hukum alam memang terus menyusut. Akan tetapi jika negara lain bisa, Pertamina juga pasti bisa. Pertamina pun sudah berulang kali menyatakan kesanggupannya.


Blok Mahakam

Selama ini, Blok Mahakam dikuasai oleh kontrak kerja sama (KKS) antara Total E&P Indonesie (Perancis) dan Inpex Corporation (Jepang). Blok Mahakam hingga saat ini memiliki rata-rata produksi sekitar 2.200 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Cadangan blok ini sekitar 27 triliun cubic (tcf).

Sejak 1970 hingga 2011, sekitar 50 persen (13,5 tcf) cadangan telah dieksploitasi, dengan pendapatan kotor sekitar 100 miliar dollar AS. Cadangan yang tersisa saat ini sekitar 12,5 tcf dengan harga gas yang terus naik, Blok Mahakam berpotensi pendapatan kotor 187 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1,7 triliun. Kontrak Blok Mahakam ini telah ditandatangani pada 31 Maret 1967 dan habis pada 31 Maret 1997. Sebelum Presiden Soeharto lengser, kontrak Blok Mahakam telah diperpanjang selama 20 tahun lagi hingga berakhir pada 31 Maret 2017. 


source.jakartagreater.com

0 komentar:

Posting Komentar