Drama
tentang siapa operator yang akan memegang sumur gas dan minyak Blok Mahakam
Kalimantan Timur, semakin menarik dicermati. Total E&P Indonesie (Perancis)
ingin kembali memegang blok Mahakam, setelah kontrak 25 tahun habis pada tahun
2017 nanti.
Sementara
Pertamina juga ingin memagang sumur gas dan minyak Blok Mahakam yang 25 tahun
telah dikelola oleh asing. Sudah waktunya Pertamina memegang sumur sumur besar
dan terlebih melakukan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan minyak dan gas asing di tanah air.
Keinginan
Pertamina seperti itu sebenarnya sudah lama, termasuk ingin menjadi operator
sumur minyak Blok Cepu Jawa Timur. Dirut Pertamina kala itu, Baihaki Hakim
maupun Widya Purnama diberhentikan karena tidak setuju ExxonMobil menjadi
operator di Blok Cepu.
Baihaki
Hakim termasuk yang vokal menyeruakan tentang kesanggupan Pertamina. Menurut
Baihaki Hakim, Bank Mandiri dan sindikasinya juga siap mendanai pertamina,
karena sumber minyak dan gasnya sudah jelas.
Tapi harapan
dan impian tinggalah harapan. Pemerintah akhirnya memilih ExxonMobil sebagai
operator sumur minyak di Blok Cepu.
Kini
peruntungan itu dicoba kembali oleh Pertamina dengan dukungan dari Menteri BUMN
Dahlan Iskan. Dahlan menginginkan Pertamina bisa mengambil tambang migas Blok
Mahakam secara penuh, yang masa kontraknya dengan Total Perancis habis tahun
2017 mendatang.
“Sebaiknya
ambil Blok Mahakam 100 persen penuh. Ini kan agar sesuai dengan keinginan
masyarakat agar Pertamina bisa menjadi kebanggaan bangsa,” kata Dahlan selepas
Rapat Pimpinan BUMN di kantor Pertamina Jakarta, Selasa (2/4/2013).
Dahlan
mengatakan, kalaupun harus berkolaborasi dengan pihak di dalam negeri maka
perusahaan yang akan diajak itu harus mampu melakukan eksplorasi tambang minyak
dan gas bumi.
“Mereka
bilang mampu. Jadi saya ingin meluruskan bahwa Pertamina itu mampu. Seperti
yang kita lihat di Blok West Madura Offshore (WMO) dan PT Pertamina Hulu Energi
Offshore North West Java (ONWJ),” tuturnya.
Terkait dana
untuk membeli Blok Mahakam, Dahlan berharap Pertamina menyiapkan segala
sesuatunya. Pihaknya sebagai pemegang saham mayoritas di Pertamina, akan
menyerahkan mekanisme sepenuhnya ke perseroan.
Namun
sayangnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan tidak dalam kapasitas memutuskan,
melainkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipimpin
Jero Wacik.
“Saya bukan
dalam kapasitas memutuskan. Saya akan ikut pemerintah. Soal dana itu bisa
dicari,” ujar Dahlan Iskan.
“Saya dan
Bapak Menteri ESDM Jero Wacik akan melakukan pernyataan pers bersama mengenai
hal ini. Tetapi keputusannya di tangan Pak Jero,” kata Dahlan di kantor
Pertamina Jakarta, Rabu (3/4/2013).
Dahlan
menjelaskan, sudah melakukan rapat dengan direksi PT Pertamina untuk
membicarakan rencana Pertamina mengambil alih Blok Mahakam. Selain itu, dalam
rapat juga dijelaskan kemampuan
Pertamina dalam mengambil Blok Mahakam termasuk soal dana untuk akuisisinya.
Lapangan
Migas Blok Mahakam
Total
E&P
Tentu saja
Total EP Perancis tidak akan tinggal diam dan akan melakukan berbagai hal.
Mereka berharap bisa kembali menjadi
operator sumur gas dan minyak Blok Mahakam untuk 25 tahun ke depan.
Berbagai
cerita bisa dikarang pihak terkait agar Blok Mahakam ini jatuh ke tangan
Pertamina. Berbagai cerita juga bisa dikarang agar Blok Mahakam ini tetap
dipegang Total Perancis.
Misalnya
Blok Mahakam ingin dipertahankan di tangan Total Perancis, akan keluarlah berbagai
alibi, seperti/semisal:
“Menjaga
jumlah produksi gas dan minyak agar tetap stabil…..sumur tua membutuhkan
treatment khusus dengan teknologi mutakhir agar
gas dan minyak yang dihasilkan
tetap pada jumlah yang ditargetkan”. “Teknologi injeksi “busa” untuk mengangkat
gas dan minyak hanya dimiliki Total dan belum dimiliki Pertamina…sehingga
operator sumur gas dan minyak ini tetap dipegang oleh Total”. Dana yang dibutuhkan untuk operasi sumur tua
sangat besar termasuk mencari kantung kantung yang baru, sehingga bank dalam
negeri tidak berani menyimpan dananya dan dikhawatirkan Pertamina akan
mengalami kerugian besar. Cadangan gas
dan minyak di Blok Mahakam telah menipis, sehingga kalau dipegang Pertamina
selama 25 tahun ke depan…akan merugi (padahal maksudnya agar tetap dipegang
Total Perancis). Masih banyak lagi
cerita cerita yang bisa dikarang untuk dijadikan pembenaran.
Intinya jika
Blok Mahakam itu diatur agar tetap dipegang oleh Total EP, maka cerita cerita
seram yang nantinya akan kita dengar seperti di atas. Mirip dengan kasus Blok
Cepu yang dilepas ke ExxonMobil.
Final
Countdown
Kini kita
akan menunggu apakah sumur migas Blok Mahakam, akan dialihkan ke Pertamina
setelah dipegang 25 tahun oleh Total EP Perancis, atau tetap dipegang Total EP,
untuk 25 tahun ke depan.
Pemerintah
seharusnya memberi kesempatan bagi Pertamina untuk tumbuh dan berkembang.
Teknologi eksplorasi migas memang rumit di tengah cadangan minyak yang secara
hukum alam memang terus menyusut. Akan tetapi jika negara lain bisa, Pertamina
juga pasti bisa. Pertamina pun sudah berulang kali menyatakan kesanggupannya.
Blok Mahakam
Selama ini,
Blok Mahakam dikuasai oleh kontrak kerja sama (KKS) antara Total E&P
Indonesie (Perancis) dan Inpex Corporation (Jepang). Blok Mahakam hingga saat
ini memiliki rata-rata produksi sekitar 2.200 juta kaki kubik per hari
(MMSCFD). Cadangan blok ini sekitar 27 triliun cubic (tcf).
Sejak 1970
hingga 2011, sekitar 50 persen (13,5 tcf) cadangan telah dieksploitasi, dengan
pendapatan kotor sekitar 100 miliar dollar AS. Cadangan yang tersisa saat ini
sekitar 12,5 tcf dengan harga gas yang terus naik, Blok Mahakam berpotensi
pendapatan kotor 187 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1,7 triliun. Kontrak Blok
Mahakam ini telah ditandatangani pada 31 Maret 1967 dan habis pada 31 Maret
1997. Sebelum Presiden Soeharto lengser, kontrak Blok Mahakam telah
diperpanjang selama 20 tahun lagi hingga berakhir pada 31 Maret 2017.
source.jakartagreater.com
0 komentar:
Posting Komentar