Skadron Udara 21 Lanud
Abdurrachman Saleh, Malang -Jawa Timur segera memiliki empat pesawat tempur
ringan turboprop Super Tucano EMB-314/ A-29 buatan Brazil, awal Agustus 2012. “Di
akhir tahun 2012 direncanakan, delapan pesawat Super Tucano tiba di Malang,”
ujar Kasi Pemeliharaan Skadron Udara 21, Mayor Anton Firmansyah. Jumlah
keseluruhan yang dipesan Indonesia sebanyak satu skadron atau 16 pesawat.
Super Tucano EMB-314 mengandalkan
mesin tunggal Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), untuk melakukan
tempur taktis “close air support” bagi bantuan pasukan infanteri maupun
kavaleri. Pesawat ini memiliki kemampuan menjejak posisi musuh dengan cepat
serta memiliki kemampuan penghancuran. Super Tucano dilengkapi dua senapan
mesin di sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal,
roket atau bom seberat 1,5 ton.
Pesawat ini didisain untuk
melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian dan patroli. Nama Super Tucano
melejit sejak Operasi Phoenix Angkatan Udara Kolombia tahun 2008. Pesawat Super
Tucano mereka, berhasil menewaskan pimpinan pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam
suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.
Super Tucano TNI AU
Super Tucano mampu bermanuver
hingga +7g dan -3.5g dikombinasi dengan kecepatan tinggi dan lincah sehingga
memiliki tingkat survivability cukup tinggi. Kedatangan pesawat ini untuk
menggantikan pesawat OV-10F Bronco yang pensiun sejak tahun 2007. Pesawat ini
digunakan TNI antara lain untuk: Operasi Seroja (1976-1979) di NTT, Operasi
Tumpas (1977-1978) di Irian Jaya, dan Operasi Halilintar (1978) di Riau.
Amerika Serikat menghentikan
produksi pesawat COIN turboprop seperti OV-10 F Bronco karena, telah memiliki
superioritas untuk: inteligence, reconnaisance dan surveillance. AS
mengandalkan pesawat-pesawat turbojet, turbofan (A-10C Thunderbolt) serta UAV
dalam melakukan perang anti-gerilya seperti di Irak dan Afghanistan. Selain
itu, AS sempat trauma menggunakan pesawat tempur turboprop karena dalam
peperangan di Vietnam, pesawat tempur turbo-prop lima kali lipat lebih banyak
terkena tembakan, dibandingkan pesawat tempur jet.
Tentu negara-negara berkembang,
tidak bisa melakukannya operasi militer anti-gerilya seperti yang diperagakan
AS di IRak dan Afghanistan, karena berbiaya mahal. Untuk itulah pesawat baling
baling turboprop seperti Super Tucano tetap dibutuhkan.
Kekosongan ini yang dimanfaatkan
Brasil dan mendapatkan sambutan bagus dari militer internasional. EMB-314 Super
Tucano telah terjual 650 unit ke 15 negara, sejak diperkenalkan tahun 2004.
Penggunanya selain Brasil adalah Kolombia, Chili, Republik Dominika, Ekuador
dan Indonesia. Penyempurnaan yang dilakukan dari pesawat sebelumnya meliputi
sistem avionik, sistem persenjataan dan sistem komunikasi data. Untuk itu
Brasil semakin percaya diri dan mulai memasarkannya hingga ke Timur Tengah.
Pesawat tempur turboprop memiliki
fungsi yang berbeda dengan pesawat jet seperti F 16 atau Sukhoi SU 30. Pesawat
turboprop mampu terbang rendah dalam waktu yang lama sehingga cocok untuk
anti-gerilya. Biaya operasi tidak tinggi, perawatan murah dan bisa mendarat di
landasan pacu sederhana.
Namun pesawat ini memiliki daya
angkut senjata yang terbatas. Super Tucano tidak memiliki radar warning
receiver sehingga tidak bisa mendeteksi rudal anti-pesawat yang dipandu radar.
Kecepatan terbang yang rendah, juga mengurangi efektivitas pemakaian flare
(jika dipasang) terhadap misil.
Sementara pesawat jet tidak bisa
terbang lama, berbiaya mahal dan tidak bisa melakukan pengintaian. Namun
kelebihannya, mampu membawa amunisi lebih banyak, bisa cepat menyergap lawan
dan lebih sulit ditembak.
Pesawat tuboprop Super Tucano dan
pesawat Jet seperti F 16 dan Su-27/30 peranannya untuk saling melengkapi.
Pesawat jet lebih ditujukan untuk perang terbuka dan posisi pesawat turboprop
hanya sebagai “air support”. Sementara untuk perang ireguler atau gerilya,
pesawat turboprop sangat diandalkan untuk menghancukan soft target dengan
bekerjasama dengan pasukan darat.
Selain akan mendatangkan Super
Tucano secara bertahap, TNI AU juga mengirim 50 personil yang terdiri dari
pilot dan mekanik ke Brasil, untuk melakukan alih teknologi terbatas. (Jkgr)