1. Perkembangan sejarah Jawa dan
Nusantara
Perkembangan sejarah Jawa dan
Nusantara di masa depan sudah diprediksi dalam bentuk syair ramalan yang
mendahului jamannya oleh seorang nujum abad kesebelas, Joyoboyo.
polahe wong Jawa kaya gabah diinteri
endi sing bener endi sing sejati
para tapa padha ora wani
padha wedi ngajarake piwulang adi
salah-salah anemani pati
banjir bandang ana ngendi-endi
gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni
gehtinge kepathi-pati marang pandhita kang
oleh pati geni
marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti
Sejak dulu pulau Jawa yang bisa juga
berarti Nusantara memiliki alam yang subur, melimpah bahan tambang di dalam
perut bumi, penduduk yang melimpah pada suatu hari akan menghadapi bencana
terus-menerus antara lain berupa banjir bandang, letusan gunung berapi.
Penyebaran penduduk dari pulau Jawa ke wilayah Nusantara yang sangat pesat
berlangsung sejak bangsa kulit putih berkuasa di Nusantara yang membutuhkan
tenaga manusia untuk membuka daerah baru antara lain untuk perkebunan sawit,
kopi, rempah-rempah. Juga sebagai tenaga administratif pemerintah kolonial
maupun sebagai anggota pasukan militer asing.
Bencana alam memang sesuatu yang lumrah
bagi alam yang juga memiliki daya hidup dan terikat dengan hukum ilmiah maupun
gaib. Alam jengah dengan segala macam ulah manusia yang berhasil mencapai
puncak tertinggi dalam bidang ilmu dan teknologi sehingga memanfaatkan alam
dengan efisien dan intensif, akan tetapi sayangnya hanya untuk memuaskan
kepentingan manusia sendiri tanpa pernah menghormati sang alam.
Masa depan yang digambarkan dengan
kehidupan orang Jawa yang bekerja dan hidup berputar-putar saja dalam tampah.
Tampah adalah wadah dari anyaman bambu berbentuk datar bulat berdiameter 66 cm.
Tampah bisa digunakan untuk memisahkan beras dan kulit padi maupun padi dengan
tangkai padi. Caranya dengan memutar wadah itu berlawanan arah jarum jam maupun
sebaliknya. Jika berlawanan arah jarum jam gunanya untuk mengumpulkan benda
yang lebih ringan tepat di tengah. Dan jika searah jarum jam gunanya untuk
memisahkan benda yang ringan ke bagian pinggir tampah.
Maka orang Jawa/Nusantara selalu bertebaran
ke segala arah merantau dan dalam perantauan justru berdesak-desakan akibat
terbatasnya ruang hidup. Akan tetapi suatu kali pada hari raya mereka kembali
ke tanah leluhurnya. Dan begitulah seterusnya gerakan tersebut persis dengan
beras atau padi yang sedang diinteri dalam tampah agar dapat terkumpul mana
yang asli beras/pada dan mana yang benar dedak/kulit padi.
Pada jaman orde baru penyeragaman berpikir
sesuai definisi yang dipaksakan penguasa terjadi mulai dari anak sekolah dasar
hingga para akademisi bergelar doktor. Tak seorang pun mendendangkan irama
lain, para alim ulama, biksu, pendeta, dan pertapa atau paranormal pun sama
saja tidak berani mengungkapkan "piwulang adi" atau ajaran atau ilmu
yang sebenar-benarnya. Karena orde baru tidak segan-segan membunuh atau
memenjarakan barang siapa pun yang mengusik keamanan dan ketertiban bertindak
maupun berpikir berbeda dengan penguasa baik langsung maupun tidak langsung.
Jumlah korban orde baru berlipat kali lipat jumlah korban penduduk setempat
dalam perang Vietnam ditambah perang Korea.
Saat ini masa pemerintahan SBY terjadi
"banjir bandang ana ngendi-endi......" gunung meletus tanpa dapat
diduga sebelumnya, bahkan tanpa petunjuk apapun dalam eksakta maupun dalam
impian. Juga di jaman SBY para organisasi massa begitu membenci aliran-aliran
kebathinan yang menjalani laku "pati geni" alias ngelmu dengan
berbagai cara antara lain puasa berlebihan tanpa batas waktu. Ormas tersebut
bertindak sesuai pesan sponsor, sang sponsor takut jatidirinya yang kelam
terbongkar belangnya di masa orde baru "marga wedi kapiyak wadine sapa
sira sing sayekti". Pemerintahan SBY bukan sumber sebab-akibat bencana
alam sekarang ini akan tetapi orde baru lah dan semua yang masih menggendong
watak kekuasaannya biang keladi semua ini (juga lumpur Lapindo) -- sesuai syair
Joyoboyo tersebut.
Para ilmuwan kolonial yang memboyong ke
negerinya dan selanjutnya belajar dari kitab-kitab kuno warisan para leluhur
Nusantara memang merumuskan bahwa kekalahan berabad bangsa Nusantara membikin
orang Jawa menjalani laku siksa dan derita guna memperoleh kekuatan dan
kesaktian. Sayang sekali syarat sejarah tidaklah selengkap dan sebebas sebelum
kedatangan kaum kolonialis kulit putih, yaitu semasa Majapahit, Mataram, Demak,
Kediri, Singosari, Sriwijaya, dan seterusnya. Sehingga segala ngelmu, derita,
dan siksa yang dilakukan itu selalu membentur tembok tebal akibat beralihnya
kitab-kitab kuno itu menjadi milik bangsa asing.
****
2. Ramalan Joyoboyo "perang dunia
ketiga"
Kelak akan ada perang besar melanda
bumi manusia. Terjadi di belahan bumi Timur, Barat, Selatan dan Utara. Banyak
orang yang baik semakin sengsara. Orang jahat semakin tambah senang. Tatkala
itulah berbagai syair kuno ramai-ramai dikumandangkan oleh para alim ulama,
biksu, dan pendeta.
Penguasa negara adidaya saling berembug
memilih negara mana yang hendak mereka caplok. Hore! Hore! Orang kulit berwarna
tinggal bersisa separo. Orang kulit putih dan orang kulit kuning tinggal
bersisa sepasang.......
(abad
kesebelas, Joyoboyo)
Hingga saat ini Republik Rakyat
Tiongkok tetap teguh terus mengibarkan tinggi-tinggi panji Marxisme-Leninisme
dan konsekuen menjalankan kediktaturan proletariat dalam menjalankan sistem
komunis pada garis yang benar sesuai perkembangan sejarah perjuangan kelas yang
maju terus pantang mundur. Hasilnya berupa kemakmuran dalam ekonomi, dan
kemajuan ilmu pengetahuan di Tiongkok telah mampu membuka mata lebar-lebar bagi
dunia luar dan dengan demikian membuktikan bahwa marxisme semakin berkembang
maju. Dan selama Tiongkok mempertahankan diktatur proletariat yakni partai
tunggal kelas pekerja tetap memegang kekuasaan politik tertinggi maka
kehancuran sistem komunis tidak akan pernah terjadi di Tiongkok....
Di sisi dunia lain terdapat adidaya dunia
nomor satu, Amerika Serikat, sebuah negeri yang sangat antikomunis sampai ke
ubun-ubun. Mereka menjalankan sistem ekonomi kapitalis dan menjalankan sistem
liberalisme di segala bidang. Dan seluruh dunia mengakui betapa majunya
teknologi Amerika Serikat di bidang persenjataan, ruang angkasa, teknologi
informasi dan sebagainya. Dunia juga mengakui keperkasaan ekonomi Amerika
Serikat. Negeri kapitalis Amerika Serikat ini terus-menerus menggunakan
kekuatan militer dan kekuatan ekonomi mereka untuk mempertahankan pengaruh dan
pamornya terhadap negara-negara lain di dunia.
Sejak kemenangan sekutu dalam perang dunia
kedua dan Amerika sebagai salah satu pemenangnya selalu mencampuri urusan dalam
negeri negara lain dan terutama sekali jika negara tersebut terindikasi akan
jatuh ke dalam pelukan komunisme maupun Islam fundamentalis.
Amerika Serikat terus-menerus dan selamanya
tetap antikomunis dan anti-Islam fundamentalis. Amerika Serikat yang memiliki
mesin perang terhebat di muka bumi ini juga sangat senang sekali berperang atau
memerangi negara lain yang ingin berdikari di bidang politik, kebudayaan, dan
ekonomi. Sudah barang tentu negeri sosialis semacam Korea Utara dan negeri
Syiah Islam fundamentalis Iran adalah sasaran tembak bagi Amerika Serikat
begitu ada peluang dan kesempatan untuk menyerang dengan kekuatan militer.
Dua kekuatan, dua musuh bebuyutan dalam
ideologi yang saling bertentangan dan tidak mungkin ada kompromi apapun itu
suatu hari kelak akan saling mengalahkan satu sama lain dan satu-satunya muara
atau jalan keluar menyelesaikan dua kekuatan yang berlawanan secara historis
ialah bertempur di medan perang.
Ramalan Joyoboyo dari abad kesebelas yang
berhubungan erat dengan terjadinya perang besar atau perang dunia ketiga adalah
sebagai berikut:
Besuk yen ana peperangan.
Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Akeh wong becik saya sengsara.
Wong jahat saya seneng.
Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.
Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi.
Hore! Hore!
Wong Jawa kari separo.
Landa-Cina kari sejodho.
****
3. Ramalan Joyoboyo "wolak-walik ing jaman
-- Jongko Joyoboyo"
Abad kesebelas masehi seorang raja
sekaligus nujum dari Jawa bagian Timur merumuskan "Jongko Joyoboyo"
atau "jaman Joyoboyo" yang
akan terjadi pada masa depan. Tanda-tanda datangnya Jangka/Jongko Joyoboyo
tersebut sudah dekat ialah jika pada suatu masa, "terdapat kereta yang bisa
berjalan tanpa kuda atau kendaraan bermesin", "pulau Jawa berkalung
besi atau rel kereta api", "manusia berhasil menciptakan kapal yang
terbang di udara atau pesawat", "terdapat jembatan tanpa ada sungai
di bawahnya atau jembatan layang", "tidak ada tawar-menawar di pasar
swalayan, sehingga sunyi-sepi sekali".
Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran.
Tanah Jawa kalungan wesi.
Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang.
Kali ilang kedhunge.
Pasar ilang kumandhang.
Iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis
cedhak.
Masa berlangsung Jongko Joyoboyo terjadi
hampir berbarengan atau sebelum datangnya masa "Wolak-walik ing
jaman" atau "jaman yang terbolak-balik". Tanda-tanda manusia bakal menemui wolak-walik ing jaman iala jika
suatu masa, "bumi terasa makin sempit saja akibat penduduk terus
bertambah", "setiap jengkal tanah kena pajak", "manusia
jadi kuda penarik beban dan bahan bakarnya nasi pecel", "kaum hawa
mengenakan pakaian pria".
Bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret.
Sakilan bumi dipajeki.
Jaran doyan mangan sambel.
Wong wadon nganggo panganggo lanang.
Iku tandhane yen wong bakal nemoni
wolak-walike jaman.
Wolak-walik ing jaman dan jongko Joyoboyo
berlaku secara matematis yakni selalu dimulai pada angka tahun khusus yang
tidak bisa dibolak-balik atau jika diwolak-walik akan sama saja jumlah angka
hasilnya periodisasi berulang tiap seratus
satu tahun yakni jatuhnya pada tahun kembar dua digit dan dimulai sejak
abad kedua belas - seratus tahun sejak masa kehidupan sang nujum itu sendiri
hidup di abad kesebelas. "wolak-walik ing jaman" berupa peristiwa
besar yang terjadi pada abad keduabelas dalam "jongko Joyoboyo" di
tahun kembar pertama jatuh pada 1212 yakni peristiwa besar tampilnya seorang
rakyat jelata bernama Arok mulai memimpin pasukan untuk menyerang Akuwu
Tumapel, Tunggul Ametung. dan juga kerajaan Kediri. Dalam sejarah peristiwa di
abad keduabelas itu merupakan kudeta pertama di Nusantara. Arok kelak marak
sebagai seorang raja bergelar Sri Rajasa dan sebagai pendiri dinasti Majapahit.
Jongko Joyoboyo di tahun kembar kedua 1313
wolak-walik ing jaman yang besar ialah terjadinya peristiwa serangan pasukan
Majapahit yang dipimpin Gajahmada terhadap para sahabat Raden Wijaya yang
memberontak terhadap Majapahit tatkala Raden Wijaya wafat dan digantikan oleh
Kala Gemet. Gajahmada kelak marak sebagai mahapatih Majapahit.
Tahun kembar ketiga 1414 Majapahit dilanda
perang paregreg, musuh-musuh Majapahit dibantu oleh Cheng Ho yang mendarat dari
kapal-kapal mewah berangkat dari Tiongkok tiba pertama kali di Jawa di wilayah
Semarang. Cheng Ho juga menyebarkan Islam, mengakibatkan semakin cepat
Majapahit yang beragama Hindu-Buddha meluncur menuju masa keruntuhannya. Dan
mulailah berdiri kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Demak.
Tahun kembar keempat 1515 terjadi
kedatangan bangsa Portugis dan berhasil berkuasa di Malaka, mereka mulai
bersiap-siap menyerang pulau Jawa. Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Pangeran
Sabrang Lor atau Patiunus yang berusaha mengusir Portugis dari Malaka dengan
mengirimkan armada kapal perang gabungan Demak-Majapahit-Banten-Aceh ke wilayah
yang diduduki oleh Portugis di Selat Malaka yang sangat strategis jalur laut
penting kapal yang menuju wilayah Nusantara. Armada gabungan tersebut gagal
merebut Malaka dari tangan Portugis yang lebih unggul dari segi teknologi kapal
dan persenjataan di kapal.
Tahun kembar kelima 1616 baru beberapa
tahun marak sebagai raja, Sultan Agung ing Ngalogo dari kerajaan Mataram mulai menyusun pasukan dan kekuatan militer
lainnya untuk mengusir Belanda dari wilayah Batavia. Serangan Mataran terhadap
Batavia 1628-1629 tidak berhasil mengusir Belanda dari Batavia. Sultan Agung
sudah mengerahkan semua kekuatan pasukan darat dan lautnya kira-kira duaratus
ribu pasukan.
Tahun kembar keenam 1717 terjadi peristiwa
Untung Suropati yang terus bertahan terhadap serangan Belanda hingga akhirnya
Untung Suropati tewas di benteng pertahanannya di daerah Bangil. Perjuangan
pasukan Untung Suropati terus dilanjutkan dengan menggabungkan diri bersama
pasukan dari Surabaya dan bersama-sama menahan pasukan penakluk Belanda yang
datang dari wilayah Mataram Jawa Tengah. Belanda tetap unggul karena lebih
unggul dalam hal persenjataan dan strategi perangnya.
Tahun kembar ketujuh 1818, perang Jawa
meletus, seorang pangeran Diponegoro memimpin perlawanan terhadap Belanda.
Belanda memang sedang mengadakan serangan penaklukan di seantero penjuru
Nusantara dalam rangka menyatukan wilayah Nusantara yang tunduk takluk pada
pemerintah Hindia Belanda yang sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan
berbagai macam produk yang sangat dibutuhkan di pasar Eropa.
Tahun kembar kedelapan 1919 terjadilah
revolusi Oktober di Rusia dan untuk pertama kalinya berdiri sebuah negeri
sosialis yang berideologi marxist-leninis/ komunis. Di Hindia Belanda Baars,
Snevliet adalah yang pertama memperkenalkan ajaran sosialisme atau marxisme dan
mendirikan ISDV pada sekitar tahun kembar tersebut. Muara daripada ISDV adalah
Partai Kamunis Indonesia yang hanya dalam dua tahun sejak berdiri mampu
mengorganisir pemberontakan di Sumatera Timur yang banyak terdapat perkebunan
luas milik swasta dan pemerintah Hindia Belanda.
Jongko Joyoboyo yang paling dekat dari 2010
saat ini adalah yang akan dimulai pada
tahun kembar kesembilan 2020. Tekone wolak-walik ing jaman dan tekone jaman
Joyoboyo atau jongko Joyoboyo sudah lengkap segala sesuatu yang menjadi
pertandanya. Tanda-tanda yang disebutkan di awal tulisan ini sudah lunas dan
lengkap terbukti semuanya. Maka yang seharusnya bakal terjadi ialah peristiwa
besar paling dahsyat atau stadium tingkat lanjut pada masa kesembilan Jongko
Joyoboyo di masa wolak-walik ing jaman kali ini.
Peristiwa besar di tahun kembar mendatang
adalah berhentinya wolak-walik ing jaman, atau terhentinya jaman terbalik-balik
menjadi jaman baru, perubahan itu dapat terjadi setelah terjadi sesuatu
peristiwa Yang Maha Besar.
Ada pun skenario lainnya yakni terus
bersinambungnya Jongko Joyoboyo menuju
masa kesepuluh, dan itu berarti terus berlanjutnya masa "wolak-walik ing
jaman" untuk seratus tahun mendatang. Dan itu artinya penderitaan manusia golongan tertentu di
jaman terbalik-balik dan membingungkan akan berlanjut terus.
****
4. Ramalan Joyoboyo "jaman
edan"
Revolusi industri pertama kali di dunia
pada abad 18 berlangsung di Inggris telah mengubah dunia memasuki kurun jaman
edan, sebagaimana diramalkan oleh Raja Kediri, Sri Aji Joyoboyo pada abad
kesebelas sesudah masehi. Mesin uap, tenaga listrik, mobil, pesawat dan
sebagainya mulai berhasil ditemukan umat manusia. Semua mesin-mesin itu mampu
bergerak sendiri dan menghasilkan tenaga segila-gilanya tak mengenal lelah.
Kemajuan teknologi sejak abad 18 itu tak dapat terbendung lagi yang puncaknya
pada 1980-an komputer pribadi mulai dikembangkan di Amerika Serikat,
pengembangan terus-menerus prosesor mikro menghasilkan berbagai perangkat mini
yang praktis antara lain telepon seluler dan komputer tenteng dan jinjing.
Kemajuan lain di bidang senjata puncaknya berupa peluru kendali berproyektil
nuklir yang dapat menjangkau jarak separoh planet bumi. Kemajuan teknologi
ruang angkasa ialah suksesnya pendaratan wahana manusia di planet Mars dan
keberhasilan manusia menjejakkan kaki di bulan.
Jaman edan terdiri dari bagian yang
bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang
satu yakni jaman luar biasa, jaman modern dan sisi lainnya ialah jaman gila.
Manusia berjingkrak jingkrak dan bertingkah gila menjadi tontonan di media
layar kaca dan di atas panggung dengan imbalan besar, di pihak lain para
sponsor dari perusahaan besar membiayai semua yang edan-edan itu dengan imbalan
iklan bagi produk yang mereka hasilkan agar semakin dibeli banyak orang.
Jaman luar biasa atau jaman modern yang
menghasilkan kemajuan di bidang komunikasi ialah telepon seluler, di mana-mana
orang bicara sendirian, tertawa sendirian, dan kadang-kadang teriak sendirian
padahal di seberang sana tidak terdengar suara sahutan dari pesawat yang
dipergunakannya.
Peperangan antarnegara, maraknya kiprah
para teroris atau pejuang dan berbagai kejahatan semakin aneh-aneh saja:
membuang bayi, mutilasi, mabuk narkotika dan zat adiktif, dan sebagainya. Juga
cara berpakaian kaum lelaki memakai perhiasan kaum wanita contohnya pakai
anting-anting, atau wanita pakai celana laki-laki dan seterusnya. Juga kaum
wanita kini berkat emansipasi telah berhasil menduduki jabatan tinggi di segala
bidang sehingga menggeser peran pria yang berakibat semakin kehilangan
peluangnya dalam dunia kerja.
Kemajuan teknologi pada suatu ketika akan
mencapai titik kenyang sebagaimana Marx memprediksinya, "kapitalisme
sedang menggali lubang kuburnya sendiri." Untuk mengelakkan kehancuran
maka solusi yang biasanya digunakan ialah meletuskan perang dunia agar industri
senjata dapat bergiat kembali. Untuk saat sekarang Amerika Serikat menciptakan
tokoh teroris dan selanjutnya menjadi target buruannya, semua itu demi terus
jayanya roda perkembangan kapital milik mereka.
Sejak negeri sosialis pertama di dunia
Sovyet Uni berdiri melalui Revolusi Oktober 1917, maka negeri kapitalis
diam-diam bekerja sama dengan fasis Jerman Hitler untuk membendung kemajuan
Sovyet Uni. Kegagalan Jerman dalam perang dunia kedua menyerang Rusia
mengakibatkan Amerika Serikat berbalik memukul Jerman bersama-sama Sovyet Uni.
Dan pada gilirannya Amerika dan sekutunya berkampanye untuk melenyapkan negeri
Sosialis pertama itu dalam perang dunia dingin. Sovyet Uni berantakan
terpecah-pecah menjadi republik-republik mandiri.
Semua itu berlangsung berkat kemajuan
teknologi senjata yang luar biasa di jaman luarbiasa (edan).
Perubahan pola berpikir dan berperilaku
umat manusia terus mengalami perkembangannya dan di satu sisi peranan agama yang dominan
membendung perilaku aneh-aneh dan edan, dan di sisi lain manusia dihadapkan
pada godaan atau kebutuhan terhadap barang-barang mewah hasil industri antara
lain mobil mewah, pakaian mewah, alat-alat komunikasi mewah dan segala yang
mewah, dan semuanya itu membutuhkan dana untuk membelinya.
. Sang Buddha mengatakan, "segala
sesuatu yang berupa barang berharga atau kekayaan adalah sumber daripada penderitaan manusia di
dunia."
"Pancen wolak-waliking jaman, amenangi
jaman edan, ora edan ora kumanan, sing waras padha nggagas, wong tani padha
ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling
lan waspadha," kata Joyoboyo. Maka ramailah orang ikut-ikutan melakukan
perbuatan edan seperti mengkorup uang negara agar ikut kebagian menikmati harta
dan pangkat maupun wanita.
Di Nusantara para punggawanya di masa Orde
Baru melakukan berbagai korupsi besar-besaran yang menghasilkan trilyader dari
sebagian rakyat Nusantara, dan juga menghasilkan kaum miskin-papa dalam jumlah
jutaan orang. Padahal kekayaan alam Nusantara tidak terbatas jumlahnya dan
seharusnya dapat membikin ratusan juta rakyat hidup gemah ripah loh jinawi.
Yang terjadi kemudian akibat ekonom Orde Baru berupa menggunungnya utang negara
yang harus dilunasi anak cucu sampai tujuhpuluh turunan.
Lebih lanjut lagi di era reformasi yang
dimulai sejak Orde Baru ambruk di dewan perwakilan rakyat yang terhormat
terjadi perkelahian mulut dan anggota tubuh antar sesama anggota dewan sendiri.
Mereka digaji dengan uang rakyat salah satunya untuk menunjukkan perilaku yang
santun.
Untuk solusi mengakhiri jaman edan itulah
sang prabu Joyoboyo menyebutkan "notonogoro" yang artinya bisa
berbagai macam, dan salah satunya antara lain, "menata kembali daripada
segala kekacauan yang terjadi di jaman edan." Siapapun yang mampu menata
kembali jaman edan yang puncaknya adalah meletusnya besar-besaran kekacauan di
jagad bumi manusia dan jagad alam semesta. Dan selanjutnya sang
"notonogoro" menciptakan atmosfir baru bagi terbentukkan tatanan
dunia baru dan memimpin Nusantara memasuki "jaman baru".
Notonegoro dalam arti yang lain ialah
sekumpulan suku kata nama pemimpin Nusantara yang kelak memerintah di jaman
baru yang berbentuk kerajaan. Sah-sah saja jika sukukata notonogoro juga
dipergunakan untuk akhiran nama pemimpin negara Nusantara yang berbentuk selain
kerajaan, yakni dalam negara republik saat ini.
****
5. Ramalan Joyoboyo "jaman
Kalasuba"
Tahun 1998 Orde Baru jatuh,
bersamaan pula saat itu periode jaman kalabendu atau kolobendu memasuki awal
babak akhir, dan bersamaan dengan datangnya milenium ketiga yang sudah di
ambang pintu. Agama Islam yang sudah bertahan selama limabelas abad itu konon
akan tetap berjaya hingga akhir jaman yakni sampai hari kiamat, kini sedang
menghadapi masalah dengan negara adidaya Amerika Serikat yang sedang memburu
teroris garis keras dan fundamentalis Islam, berarti juga sama-sama sedang
memasuki babak akhir jaman kolobendu seperti yang diramalkan oleh sang prabu
Joyoboyo yang hidup seribu tahun yang silam.
Pertanyaan yang selalu mengusik siapa pun
ialah kapankah babak akhir jaman kolobendu itu? Menurut sang prabu dari
kerajaan Kediri itu, "Di jaman kalabendu manusia Nusantara akan selamat
jika selalu mawas diri dan tidak sekali-sekali meremehkan orang yang membela
kebenaran bagaikan manusia-dewa." Sedangkan waktu yang tepat berakhirnya
kolobendu sampai awal datangnya jaman kalasuba ialah berbeda-beda prosesnya
dalam masing-masing bidang.
iki dalan kanggo sing eling lan waspada
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak
dewa
Kolobendu
bisa berarti jaman antitesis yakni tesis-tesis memasuki fase siklus
selanjutnya, antitesis atau pertarungan atau pertempuran dalam segala hal,
sehingga jaman kolobendu berarti jaman pertarungan dalam segala bidang,
pertarungan antarnegara, persaingan kekuatan militer, pertempuran ilmu
pengetahuan dan filsafat, pertempuran budaya, pertempuran ekonomi, pertarungan
ideologi, pertikaian umat beragama, pertempuran kelas sosial, persaingan mode,
dan seterusnya. Kelak setelah berlalunya jaman antitesis atau jaman kolobendu
akan memasuki jaman kesempurnaan atau jaman sintesis yang disebut oleh sang
prabu Joyoboyo sebagai jaman kolosubo atau kalasuba.
Jaman kesempurnaan dalam soal lingkungan
hidup itu bisa digambarkan kelak setelah
minyak bumi habis dan bahan bakar ramah lingkungan berhasil ditemukan umat
manusia, sehingga polusi dunia mencapai angka nol. Juga di sektor industri
ditemukan bahan-bahan yang ramah lingkungan, sampai pengelolaan sampah nuklir
berhasil dikelola dengan baik. Dan seterusnya, juga di bidang lainnya mencapai
kesempurnaan.
Jadinya wajar-wajar saja sekarang ini di
Nusantara terjadi gonjang-ganjing yang parah tatkala memasuki akhir jaman
kolobendu. Nusantara adalah pusat atau punjer atau pancer dunia dari mana
segala peristiwa di jagad bumi manusia berawal dan berakhir, juga hal lainnya
selalu terpicu dari tempat ini.
Kolonialisme mulai dikibarkan oleh bangsa
kulit putih pada abad kelimabelas karena dipicu untuk memburu rempah-rempah
yang berasal dari Nusantara langsung dari sumbernya. Pada awal milenium ketiga
perburuan terorisme Islam fundamentalis dan garis keras yang dicanangkan
Amerika Serikat sejak gedung kembar di jantung Amerika diruntuhkan pada 2001
juga karena penduduk Nusantara merupakan muslim terbesar di jagad raya.
Nusantara yang dipimpin Perdana Menteri
sosialis-komunis Amir Sjarifoeddin pada
masa awal kemerdekaan juga memicu Amerika Serikat masuk lumpur hitam kekalahan
besar pada perang Asia Timur: Perang Korea, Perang Vietnam/Indocina untuk
melenyapkan negeri sosialis-komunis.
Nusantara dan Tiongkok bagaikan dua sisi
mata uang wajah dunia sejak masa silam. Kebudayaan romawi-yunani tidak pernah
berjaya di lautan dibandingkan Majapahit dan Tiongkok. Andaikata Romawi maupun
kekalifahan Islam jaya di lautan maka mereka sudah menguasai dunia tanpa
halangan apapun.
****
6. Ramalan Joyoboyo "Satrio
Piningit"
Pasca goro-goro besar melanda planet
bumi (antara lain terjadi kiamat bumi, perang besar, perang dunia, serangan
jatuhnya benda angkasa, bencana alam terus-menerus) dan pulihnya jagad bumi
manusia seperti sediakala menjadi normal kembali maka ratu adil alias satrio
piningit alias satrio pinandito sinisihan wahyu didampingi titisan atau
reinkarnasi terbaru Sabdo Palon akan tampil memimpin kejayaan Nusantara dan
bumi selatan yang berpenduduk bangsa kulit berwarna. Sedangkan bangsa kulit
putih dan bangsa berkulit kuning bukan menjadi urusan beliau. Demikian ucapan
Sabdo Palon tatkala muncul pertama kali setelah menghilang selama limaratus
tahun sejak runtuhnya Majapahit.
Sesuai ramalan Joyoboyo bersinggungan
munculnya sang ratu adil alias satrio piningit dan juga sesuai ucapan Sabdo
Palon di atas dengan sendirinya kedua tokoh pemimpin Nusantara tersebut adalah
dwi-tunggal satu sama lain saling melengkapi dan tidak saling bertentangan.
Tugas atau peran Sabdo Palon ialah mengadakan "fit and propher test"
terhadap satrio piningit. Sejak pertama muncul Sabdo Palon sudah menyediakan
kursi singgasana kosong, dan barang siapa sanggup duduk di atasnya maka dialah
yang akan diangkat sebagai raja. Sebagai gambaran struktur negara modern Sabdo
Palon akan berperan sebagai "yudikatif" sekaligus
"legislatif", Satrio Piningit memegang tampuk pemerintahan
"eksekutif".
Sabdo Palon memang telah muncul akan
tetapi Satrio Piningit belum ada atau belum maju ke hadapan Sabdo Palon.
Mengapa? Satrio Piningit belum menerima wahyu Illahi atau pulung gaib wahyu
keprabon karena memang belum tiba saat yang tepat. Kapan dan di mana keberadaan
Sabdo Palon dan calon Satrio Piningit memang belum ditemukan selama mereka
belum muncul karena sebab besar atau goro-goro besar belum terjadi. Dalam teori
revolusi mbah karl marx dan mbah lenin, "pimpinan akan muncul tatkala
segenap rakyat sudah siap untuk mengadakan revolusi." Pemimpin revolusi
tidak akan mengumumkan kapan memulai suatu revolusi, rakyatlah yang merasa
kehidupannya keterlaluan menyengsarakan dan tidak lagi mempercayai negara.
Tatkala itulah seorang pemimpin tampil maju ke depan untuk memimpin rakyat yang
sudah matang hendak berevolusi.
Berikut ini bait-bait yang menggambarkan
kemunculan satrio piningit yang dilontarkan oleh Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo
dari Kediri pada abad kesebelas masehi:
selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping
tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning
ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
Kelak menjelang tutup tahun sinungkalan
dewa wolu, ngasta manggalaning ratu. Akan muncul dewa turun ke bumi yang
berwujud seorang manusia (satrio piningit).
****
7. Ramalan Joyoboyo "negarane
ambane saprawolon"
Bangsa Jawa yang paling toleran di
Nusantara dalam sumpah pemuda 1928 tidak mau menuntut Bahasa Jawa sebagai
bahasa persatuan. Padahal lebih dari limapuluh prosen penduduk Nusantara
menggunakan bahasa Jawa. Mengapa? Itulah kelebihan bangsa Jawa dalam soal
toleransi. Walaupun demikian bangsa lainnya di Nusantara sering mengejek bangsa
Jawa sebagai bangsa anu, ini, dan itu.
Satu-satunya kerajaan bangsa Jawa yang
cukup eksis hingga awal milenium ketiga dalam negara kesatuan Republik
Indonesia ialah Kerajaan Ngayogyokarto Hadiningrat atau Kasultanan Yogyakarta.
Hal itu sudah diprediksi oleh Sang nujum masyhur Joyoboyo dengan syairnya
sebagai berikut:
Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe
prajurit
Negarane ambane saprawolon
Tukang mangan suap saya ndadra
Wong jahat ditampa
Wong suci dibenci
Timah dianggep perak
Emas diarani tembaga
Suatu masa kelak ada seorang raja
yang berkharisma dan memiliki prajurit akan tetapi wilayahnya cuma seperdelapan
bagian saja. Gambaran jaman di masa itu terjadi suap-menyuap besar-besaran
dalam segala bidang. Orang yang berwatak jahat diterima di mana-mana dan orang
yang jujur malah dibenci semua orang. Timah yang putih mengkilap dianggap
perak, sebaliknya emas yang berkilauan dan berharga tampak cuma dinilai sebatas
tembaga.
Kasultanan Yogyakarta yang sekarang
ini dalam hal luas wilayahnya sudah demikian persis sama sejak masa kolonial
Belanda yakni pada 1755, saat itu ditandatangi perjanjian Gianti oleh pihak
kolonial dan pihak keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Dan luas wilayah provinsi
Yogyakarta itu dibandingkan luas Pulau Jawa secara keseluruhan maka didapatkan
angka satu banding delapan atau luas Yogyakarta saprowolon Pulau Jawa, dengan
demikian ramalan Joyoboyo sudah terbukti untuk kesekian kalinya.
Jasa keraton Yogyakarta di masa
proklamasi kemerdekaan dan pada masa mempertahankan kemerdekaan tidak perlu
diragukan lagi mendukung penuh Republik Indonesia yang masih bayi merah.
Kembali pada toleransi bangsa Jawa yang
sangat luarbiasa, hal demikian juga dilakukan oleh Kasultanan Yogyakarta dalam
mendukung Republik Indonesia sampai hari ini. Bahkan demi toleransi yang itu
juga prajurit Kasultanan Yogyakarta yang bersenjata tua dan juga personilnya
sudah pada berusia lanjut dan tidak dilakukan regenerasi lagi. Itulah lambang
budaya wujud kesetiaan Kasultanan terhadap NKRI, dan untuk itu bangsa Jawa
tidak pernah merasa perlu minta dihargai oleh bangsa lain di Nusantara.
****
8. Ramalan Joyoboyo "Hari Kiamat
2022"
Sri Aji Joyoboyo sejak masih dalam
kandungan sudah mempersatukan dua kerajaan menjadi Kediri, Joyoboyo buah hati
daripada kisah Romeo dan Juliet dari Tanah Jawa antara Putra Mahkota Jenggala
dan Daha yakni Raden Panji (Inu Kertapati) dan Dewi Sekartaji. Semasa Joyoboyo
marak sebagai Raja Kediri, wilayah kekuasaan dan pengaruhnya meliputi separoh
Nusantara. Pada masa itu juga kebudayaan Jawa mencapai puncaknya di bidang
sastra dan seni. Kitab-kitab dari Mahabarata dan Ramayana diterjemahkan ke
dalam bahasa Jawa Kuno.
Sri Aji Joyoboyo juga seorang nujum
masyhur yang diakui selama berabad-abad. Dan salah satu yang dianggap tidak
masuk akal karena belum terbukti kebenarannya ialah prediksi mengenai hari
kiamat pada tahun 2100 atau 2022 Masehi. Sejak Tanah Jawa diisi oleh manusia
untuk kedua kalinya maka selama 700 tahun pertama, 700 tahun kedua, dan 700
tahun ketiga akan mengalami jaman-jaman berbeda tiap seratus tahun. Jaman
Kalabendu, jaman Kalasuba, dan seterusnya akan berakhir pada 2022 dan
terjadilah kiamat atau pergantian jaman baru yang berbeda dibandingkan 2100
tahun sebelumnya. Setelah hari akhir atau kiamat atau ganti jaman baru itu maka
Pulau Jawa akan diisi manusia untuk ketiga kalinya.
Kalender Suku Maya di Amerika Latin juga
akan berakhir pada Desember 2012, dan di sana pun akan terjadi kiamat,
pemurnian bumi, atau memasuki jaman baru. Juga di Eropah menurut Nostradamus
akan mengalami hal yang sama. Lain Eropa, lain Amerika Latin, dan lain pula
Pulau Jawa. Masing-masing ketiga tempat tersebut mengalami jaman baru di waktu
yang berbeda, dan karena berbeda maka yang terjadi bukanlah kiamat
besar-besaran.
Hari Kiamat besar-besaran menurut ilmu
pengetahuan modern akan terjadi jika bahan bakar nuklir energi matahari habis,
dan telah dihitung para ahli akan habis puluhan milyar tahun lagi. Lain lagi
dengan perhitungan Nasa (badan antariksa Amerika Serikat) bahwa kiamat tidak
besar terdekat ialah saat terjadinya badai matahari pada 2090-an atau pun
terjadinya hujan meteor sekitar tahun 2050-an. Badai Matahari dan hujan meteor
memiliki dampak negatif pada kehidupan di bumi dalam prosentasi sekitar 0,001
%.
Global warming atau pemanasan global
akibat industrialisasi dan penggunaan bahan bakar fosil bisa jadi mengubah sama
sekali segala macam prediksi alamiah datangnya hari kiamat di atas. Akibat ulah
manusia yang asyik dengan teknologi modern dan pengetahuan super modern itu
maka datangnya hari kiamat bisa saja setiap waktu dan setiap tempat akan
terjadi kiamat masing-masing. Cuaca berubah menjadi ekstrim dan terjadinya
bencana alam akibat habisnya hutan-hutan di bumi. Usaha yang dilakukan oleh
segala macam badan dunia mulai dari PBB hingga Green Peace tampak jelas tidak
akan mampu menghentikan global warming itu sendiri, hingga kelak terjadinya
kiamat bumi, yang otomatis akan menghentikan segala ulah manusia dan juga
memulihkan keadaan menjadi seperti sediakala kembali.
****
9. Ramalan Joyoboyo, "Hancurnya
Bhinneka Tunggal Ika!"
Sejak Majapahit, persatuan atau
kesatuan dalam perbedaan (Bhinneka Tunggal Ika, Unity in Diversity) yang
ditujukan bagi kerukunan umat beragama antara Syiwa dan Buddha dicetuskan oleh
pujangga masyhur Mpu Tantular di masa maraknya Hayam Wuruk pada pertengahan abad keempat belas. Puncak
kejayaan Majapahit di masa itu dapat terjadi setelah takluknya para pembangkang
Ronggolawe, Sora, dan lainnya.
Suasana kerajaan begitu damai, dua
agama sekaligus menjadi agama Negara Majapahit yakni Syiwa dan Buddha. Pejabat
tinggi atau pendeta yang termulia di seluruh kerajaan duduk sama derajat dalam
melaksanakan segala kehidupan bernegara mulai pendidikan agama hingga soal
pengangkatan pegawai dari masing-masing agama. Syiwa dan Buddha duduk sama
rendah dan berdiri sama tinggi secara fungsional maupun strukturan dalam
koridor Negara Majapahit. Bahkan dalam upacara kenegaraan selalu diikutsertakan
di antara kedua agama.
Sebaliknya yang terjadi di masa Orde Baru
yang juga ikut-ikutan menggunakan Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang negara
yang dililitkan dan dicengkeram oleh burung Garuda. Di masa Orde Baru terdapat
lima agama yang diakui oleh negara. Akan tetapi cuma satu agama saja yang
selalu mendapatkan porsi lebih bahkan memonopoli penyelenggaraan upacara
kenegaraan yakni agama "Mohammedan". Bahkan agama yang dijadikan anak
emas ini diberi kekuasaan yang mirip dengan negara dalam negara. Di seluruh
dunia yang pararel dengan masa Orde Baru berlangsung tidak terdapat satu negara
pun yang memiliki departemen agama.
Persatuan dan kesatuan yang didengungkan
oleh rejim Orde Baru memang kelewatan batas. Sampai-sampai berpikir pun harus
seragam terutama dalam bidang politik. Barang siapa berbeda segi pandangan
politik dengan penguasa maka akan dapat hadiah "antek PKI",
"GPK", "OTB", dan lain-lainnya. Itu hanya sekadar contoh
kecil saja untuk melanggengkan kekuasaan rejim Orde Baru. Tumbangnya atau
lengsernya penguasa tertinggi Orde Baru memang tidak mengubah watak kekuasaan
aparat di bawahnya yang terus memegang kekuasaan hingga hari ini. Yakni
kendaraan politik Orde Baru sampai hari ini masih tetap eksis dan terus
berusaha mengembalikan jaman keemasan masa lalu. Di sisi lain rakyat yang
merasa tertekan selama puluhan tahun merasakan udara bebas bersuara lain dan berbuat
lain. Bahkan bisa memilih sendiri pemimpinnya mulai dari lurah hingga presiden,
walaupun dalam sistem pemilihan umum tersebut belumlah sempurna.
Untuk menjaga kelestarian dan persatuan
negeri jajahan seberang lautan Hindia-Belanda, salah satu yang dipelajari oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk membikin Pribumi tetap dapat diatur dan
dikuasai kehidupannya ialah bagaimana mengendalikan "amuk"
sendiri-sendiri dan "amuk massa". Para sarjana Belanda mengambil
kesimpulan bahwa energi berlebih yang dapat muncul tatkala sedang amuk atau
kesurupan adalah sisa-sisa kekuatan primitif dari kegelapan. Untuk itulah dalam
membentuk pasukan militer pribumi dipilihlah orang-orang yang kalem untuk
menghadapi pribumi lain yang punya kekuatan amuk. Dan sukseslah Belanda dengan
cara demikian. Karena orang-orang kalem dari daerah tertentu di Jawa itu dapat
tetap tenang menghadapi musuh yang begitu ganas. Sehingga mereka menguasai
keadaan dan posisinya dengan baik.
Amuk massa yang tercetus menjadi
pemberontakan rakyat Aceh Merdeka, Papua Merdeka, dan lainnya yang ditambahi
dengan terorisme dan perkelahian umat beragama "dapat diduga, bisa tidak
bisa, langsung maupun tidak langsung" adalah akibat dari sistem Orde Baru
yang otoriter dan kejam terhadap lawan politiknya, maupun siapa saja yang
bersuara lain dari simfoni yang digelar Orde Baru. Buah perbuatan mereka yang
buruk cara menanamnya kini mengalami panen besar. Segala keributan pun muncul
tanpa dapat diselesaikan dengan cara apapun. Dan semakin meriah ditingkahi
dengan bencana alam maupun bencana akibat ulah segelintir orang. Dan
ujung-ujungnya akan mengancam Bhinneka Tunggal Ika yang itu juga.
Ramalan Joyoboyo mengenai kehancuran
persatuan dan kesatuan keluarga, sahabat, yang akan berimbas pada negara Nusantara
telah ditulis dalam bait sebagai berikut pada abad kesebelas masehi.
Akeh bapa lali anak
Akeh anak wani nglawan ibu
Nantang bapa
Sedulur padha cidra
Kulawarga padha curiga
Kanca dadi mungsuh
Akeh manungsa lali asale
Para bapak menelantarkan anak,
anak-anak berani melawan ibunya sendiri dan juga berani menantang sang bapaknya
sendiri. Sanak-saudara saling bermusuhan, sesama anggota masyarakat satu sama
lain saling curiga mencurigai. Kawan menjadi musuh dalam selimut. Manusia sudah
banyak yang melupakan asal-usulnya masing-masing.
****
10.
Ramalan
Joyoboyo "tentang agama"
Agama akeh sing nantang. Prikamanungsan saya
ilang.
Ora ngendahake hukum Tuhan. Agama ditantang.
Akeh wong angkara murka. Nggedhekake duraka.
Ukum agama dilanggar.
(Sri
Aji Joyoboyo, abad kesebelas masehi)
Agama ditentang oleh berbagai pihak
yang punya kepentingan tertentu, rasa perikemanusiaam pihak yang demikian
semakin lama semakin tipis, mereka tidak lagi mematuhi aturan agama Tuhan.
Agama diadu dengan agama. Pihak tertentu melakukan angkara murka, dan menambahi
perbuatan durhaka. Aturan agama dilanggar terus.
Nujum abad kesebelas Sri Aji Joyoboyo
sudah memprediksi kerusakan segala bidang segi kehidupan termasuk tentang
agama. Seirama dengan wolak-walik ing jaman maka agama tidak luput pula dilanda
jaman terbalik-balik atau jaman edan. Jadi wajar saja jika terjadi segala
keanehan perilaku yang menyimpang mengatasnamakan kelompok, ormas, ataupun
pembela agama tertentu melakukan tindakan anarki dan kejam serta biadap
terhadap sesama umat beragama lain terlepas dari umat yang dijadikan sasaran
itu menganut agama yang benar atau pun salah.
Kaum marxist sudah mengelompokkan segala
macam mazhab filsafat yang ada di dunia ini ke dalam dua kubu besar. Kubu
idealis yang secara awam bisa seperti ini contohnya, "pada abad
kelimabesas umat manusia berfikir mengenai kapal laut yang dapat bergerak di
udara. Mereka merancang dalam pikiran kira-kira seperti apa benda terbang
tersebut. Pada tiga abad sejak itu pesawat udara benar-benar berhasil dibikin
oleh umat manusia." Ide tentang pesawat mendahului pesawat udarang
sungguhan. Segala sesuatu bermula dan berasal dari ide. Ide lah yang menjadi
awal segalanya. Demikian pandangan kaum idealis.
Filsafat materialis yang menjadi pisau
analisa kaum marxist, secara awam contohnya seperti ini, "Matahari dalam
sistem tata surya kita itu sudah ada lebih dulu dibandingkan kehadiran manusia
di bumi, maka dalam memandang matahari sebagai sebuah materi, yang dapat
dilihat dan dirasakan oleh perasaan manusia dan dapat dipikirkan seperti apa
sesungguhnya matahari. Matahari yang nyata itu lebih dulu ada daripada ide
dalam kepala manusia, dan dari sini digenalisir berdasarkan hukum kekekalan
zat, bahwa materi ada lebih dulu daripada ide dalam kepala manusia."
Sekadar contoh kecil di atas memang tidak
menjelaskan dengan pantas mengenai dua kubu filsafat di atas, untuk mengerti
lebih lanjut bacalah buku sangat tebal yang mengupas hal itu.
Pertarungan sesama kaum idealis dalam kubu
mereka sendiri memang tidak terbatas atau terikat dalam ruang dan waktu, karena
ide tidak terbatas, dengan demikian dapat berlangsung terus menerus mengiringi kehidupan di bumi manusia.
Kaum materialis yang cinta damai tentu
terheran-heran dan tidak habis pikir mengapa ada sebagian ulah manusia yang
menjadi khalifah di bumi menjelang abad keduapuluh satu ini masih bertingkah
anarki serupa di jaman jahiliyah.
****
11.
Ramalan
Joyoboyo, "Korupsi"
Sistem parlementer semasa Orde Lama
yang efektif berjalan sejak Pemilu pertama 1955, dan pemenang yang tampil
menjadi empat partai besar: PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Maka tensi pertarungan
antarparpol semakin memuncak dan inilah era demokrasi liberal. Persaingan
antarparpol sejak 1945 membawa Republik Indonesia ke arah persaingan kekuasaan
dan kekuatan partai politik yang tidak sehat. Kronologisnya dimulai dari dengan
adanya Maklumat X Hatta, "Silakan bentuk partai-partai politik",
merupakan awal berlangsunnya kehidupan sistem liberal/parlementer. Dan
selanjutnya sistem multipartai ini diakhiri oleh Presiden Soekarno dengan
Dekrit 5 Juli 1959, sejak itu era demokrasi terpimpin konsep Angkatan Darat
mulai berlaku dan baru berakhir berakhir pada 1998. PKI sebagai sebuah partai
telah tersingkir dari panggung sejarah sejak terjadi peristiwa pada 1965. Maka
kekuatan peta politik yang tersisa menurut Clifford Gertz (Religion of Java,
1960) dan Frans Husken (Sebuah desa di Jawa), Golongan Santri dan Abangan, di
samping minoritas lainnya.
Seorang nujum yang hidup pada abad
kesebelas Prabu Sri Aji Joyoboyo sudah menulis syair yang menggambarkan era
demokrasi liberal atau parlementer ini, aparat negara, dan juga masalah korupsi
yang terus menerus terjadi sejak Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, dan
polah tingkah wakil rakyat di latar belakang panggung kekuasaan politik.
Padahal kita semua tahu sistem tatanegara semasa Joyoboyo memerintah Kediri,
jaman itu sistem kekeluargaan dan gotong-royong masih sangat kuat. Berikut ini
ramalan masa depan oleh Joyoboyo mengenai korupsi dan sistem politik:
Korupsi dapat dilakukan sambil duduk di
belakang meja, memanfaatkan jabatan dengan jadi calo di dalam departemen
sendiri. Para pengusaha yang memanfaatkan jasa calo elite ini berani menantang
pemerintah yang syah dengan memutarbalikkan fakta bahwa calo suruhannya menjadi
kambing hitam untuk melawan negara. Para pengemplang upeti negara ini kompak
satu sama lain dan ditingkahi para koruptor lain yang solider dengan sesamanya.
Kekuatan para koruptor itu bahkan setingkat mafioso dari Italia merambah gedung
dewan rakyat yang terhormat. Di sana siapa saja yang suaranya paling lantang
dan keras dia akan mendapat pengaruh dan menentukan arah pengambilan keputusan.
Maling lungguh wetenge mblenduk.
Maling wani nantang sing duwe omah.
Begal pada ndhugal.
Rampok padha keplok-keplok.
Akeh wong dakwa dinakwa.
Sing suwarane seru oleh pengaruh.
Santri vs Abangan minus komunis di
tahun 2011 ini tentu tidak akan berlanjut atau menghasilkan demokrasi terpimpin
versi baru, baik versi Soekarno maupun versi Angkatan Darat. Juga tidak mungkin
menghasilkan sistem gotong-royong yang merupakan produk asli bangsa Nusantara.
Yang bakal terjadi ialah menurunnya kinerja pemerintahan karena banyaknya gangguan-gangguan
dari partai oposisi. Dan juga terjadinya tindak pidana korupusi yang semakin
membudaya. Di samping itu pemerintahan yang kuat tentu tidak disukai oleh
negeri adidaya maupun para negara tetangga yang suka mencuri pulau, maupun yang
suka mencuri SDM. Dan kepentingan negara adidaya dan negara tetangga sebenarnya
seiring dan sejalan dengan para koruptor yakni tetap berputarnya modal mereka
di sini, kalau bisa tanpa membayar pajak sesen pun kepada negara.
****
12.
Ramalan
Joyoboyo, "Bangsa Tionghoa"
Sejak masa silam Negeri Tiongkok
dikenal memiliki kebudayaan tua
sekaligus tinggi di antara bangsa di dunia, bangsa Mesir, Mesopotamia,
dan bangsa Lembah Indus. Rasulullah Muhammad s.a.w. bersabda, "Tuntutlah ilmu
sampai ke negeri Tiongkok." Hingga kini, di awal abad keduapuluh satu,
Tiongkok telah memilih dengan mantap menjadi negeri Komunis yang konsisten
menjalankan diktatur proletariat warisan V.I. Lenin. Tentu saja doktrin itu
disesuaikan dengan perkembangan jaman dengan menambahkan doktrin lain yang
mencerminkan dinamika sistem komunis yang sesuai jamannya.
Menurut kajian ilmiah para sejarahwan
modern, manusia Nusantara beserta kebudayaannya berasal dari Indochina. Itu
berarti bukan hanya bangsa Indochina yang bermigrasi ke Nusantara akan tetapi
juga bangsa Tionghoa kuno.
Dengan latar belakang semacam itulah tidak
mengherankan bahwa peranan bangsa Tionghoa sangat signifikan dan penting, juga
dominan, dalam menentukan kejayaan maupun keruntuhan negeri Nusantara sejak
masa silam, baik dalam soal perbuatan yang baik maupun dalam soal yang tidak
baik alias jahat. Jangan lupa dengan peran satu orang dengan seribu nama: Sam
Po Toa Lang, Sam Po Kong, atau Ma San Pao, Cheng Ho, Dampo Awang dalam
memasukkan ajaran Islam sekaligus mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa,
tentu saja setelah berhasil menggusur kerajaan Syiwa-Buddha di Jawa. Di bidang
ekonomi mereka sangat jaya, mulai dari sektor pedagang perantara satu, dua, dan
tiga alias pedangang besar. Kebaikan dan kejahatan bangsa Tionghoa tentu setua
kebudayaan mereka. Yang baik kalau bicara soal pengusaha raksasa kadang dinamai
konglomerat putih dan yang sebaliknya dinamai konglomerat hitam. Dua jenis ini
kadang juga saling bertarung adu kekuatan demi memajukan bisnis mereka,
kekuatan baik dan tidak baik. Dalam dunia politik tentu pengaruh mereka sesuai
dengan pedalaman mereka sendiri yakni pertarungan di antara mereka yang pro
Tiongkok Daratan melawan mereka yang pro Taiwan. Oleh sebab itu bagi
non-Tionghoa jangan hantam kromo dan gebyah uyah bahwa bangsa Tionghoa di
Nusantara itu bersatu padu, mereka juga punya pilihan masing-masing sesuai
kebutuhan dan kehidupannya sendiri.
Maka tidaklah mengherankan bahwa Prabu Sri
Aji Joyoboyo dari abad kesebelas sudah meramalkan tentang bangsa Tionghoa jahat
sebagai berikut:
cina alang-alang keplantrang dibandhem
nggendring
melu Jawa sing padha eling
sing tan eling miling-miling
mlayu-mlayu kaya maling kena tuding
eling mulih padha manjing
Bangsa
Tionghoa tetap berusaha berpindah-pindah akan tetapi dalam koridor wilayah
Nusantara jika dalam keadaan darurat. Mereka yang tersadar terhadap kesalahan
sendiri berusaha mendekati orang Jawa (penduduk setempat). Mereka yang tidak
mau sadar akan kesalahan terus merasa was-was bak seorang pencuri yang tertangkap
basah, kemudian hidup dalam pelarian dengan cara berpindah-pindah tempat
tinggal. Mereka (bangsa Tionghoa) yang tidak bersalah apapun dan memutuskan
tetap tinggal di tempat, akhirnya dibenci oleh penduduk sekitarnya.
****
13.
Ramalan
Joyoboyo "Perang Dalam Negeri Nusantara"
Dalam perang paregreg pertama di
masa Majapahit berakhir dengan runtuhnya Kerajaan Adidaya di bumi Selatan itu
sendiri. Selanjutnya dalam perang paregreg kedua atau perang penghancuran diri
pada September 1965, berakhir dengan perang saudara yang menelan korban lima
juta jiwa penduduk Nusantara, baik dari golongan komunis maupun Soekarnois dan
golongan agama.
Seorang wartawan asing berkata pada Bung
Karno, "Bung, bubarkan saja PKI itu seperti tuntutan para pengunjuk rasa,
agar semuanya beres."
Bung
Karno melotot pada bule itu, dan katanya, "Aku diam saja, sudah terjadi
korban sebanyak itu. Bagaimana jikalau aku bubarkan PKI."
Bung Karno lebih memilih tenggelam
seorang diri daripada Indonesia hancur. Maka tak sekalipun datang komando untuk
menumpas para durjana yang hendak menggulingkannya. Padahal kekuatan di
belakang Bung Karno masih sangat besar.
Paregreg ketiga yang akan terjadi di
Nusantara kelak di masa depan telah digambarkan oleh Sri Aji Joyoboyo pada abad
kesebelas sebagai berikut:
Ana peperangan ing njero.
Timbul amarga para pangkat akeh sing padha
salah paham.
Durjana saya ngambra-ambra.
Penjahat saya tambah.
Wong apik saya sengsara.
Akeh wong mati jalaran saka peperangan.
Kelak
di masa depan di dalam negeri Nusantara terjadi perang dahyat, penyebabnya
sepele saja karena terjadinya salah paham di antara para pemimpin militer dan
pemimpin sipil. Selanjutnya dalam suasana kekacauan itu banyak yang mengail di
air keruh: kekejaman penjahat kelas kakap semakin menjadi-jadi, baik dalam
pemerintahan dengan cara melakukan korupsi besar-besaran maupun penjahat yang
berkerah putih/pengusaha sektor swasta semakin merugikan keuangan negara. Orang
yang jujur dan juga para alim ulama semakin tambah sengsara. Peperangan dalam
negeri Nusantara itu menelan banyak korban di mana-mana.
Paregreg
di Nusantara selalu terjadi akibat pertikaian di kalangan penguasa sendiri.
Kecuali pemberontakan Arok pada 1222 yang murni adalah perjuangan perang rakyat
semesta untuk menggulingkan penguasa yang dzolim.
****
14.
Ramalan
Joyoboyo tentang Wanita
Wong wadon nganggo pakeyan lanang
Wong wadon ilang kawirangane
Akeh wong wadon ora setya marang bojone
Akeh ibu padha ngedol anake
Akeh wong wadon ngedol awake
Wong wadon nunggang jaran
oleh
Sri Aji Joyoboyo, abad xi
Syair Joyoboyo tersebut memang
kenyataannya hari ini adalah terbukti benar-benar sedang terjadi di Nusantara.
"Kelak di masa depan kaum perempuan memakai busana kaum pria, pada saat
itulah kaum hawa mulai kehilangan rasa takut dan juga rasa malu sebagai
perempuan yang dimuliakan dan dihormati keluarganya. Dan juga di masa depan itu
kaum perempuan tidak lagi setia sehidup semati dalam melayari bahtera rumah
tangga laksana Dewi Shinta terhadap Rama. Pada kondisi demikian itu kelak juga
akan terjadi para ibu ada yang tega menjual darah dagingnya sendiri dengan
alasan kemiskinan atau demi mendapatkan uang. Dan demi uang yang itu juga
banyak kaum wanita yang cantik-jelita mau menjual tubuhnya demi mendapatkan
kemewahan hidup tanpa mau bersusah payah bekerja. Dan di jaman yang demikian
itu sudah bukan hal aneh kaum wanita menyetir kendaraan bermotor di jalan
raya."
Syair di atas itulah buah karya nujum
dari abad kesebelas masehi, Sri Aji Joyoboyo, semuanya meramalkan keburukan yang
akan melanda kaum perempuan di kelak kemudian hari. Akan tetapi ramalan
demikian bukan berarti semua kaum hawa di permukaan bumi adalah buruk. Tidak!
Tentu saja wanita yang mulia dan terhormat lebih banyak jumlahnya daripada yang
buruk, karena jasa kaum perempuanlah manusia dapat terus eksis di planet bumi.
Rosa Luxemburg, pejuang kiri berasal dari
Polandia, dan Joan of Arc panglima perang dari Prancis, dan tentu saja Raden
Ajeng Kartini pelopor kemajuan wanita di Nusantara yang gemar dan mampu menulis
untuk mengungkapkan pikirannya yang maju dan modern dalam melihat bangsanya
yang tertinggal dalam pendidikan, khususnya kaum perempuan bangsanya.
Kepeloporan Kartini dalam menyejajarkan wanita dan pria dengan alasan kemampuan
wanita tidak kalah dari kaum Adam dalam menyerap ilmu pengetahuan itu pada
akhirnya merupakan perjuangan emansipasi atau persamaan derajat antar gender
berhasil gemilang di Nusantara.
Organisasi wanita yang cukup handal dan
progresif Revolusioner paska perang kemerdekaan ialah Gerwani yang berafiliasi
dengan Partai Komunis Indonesia. Akan tetapi malapetaka yang teramat dahsyat
organisasi wanita di masa Orde Lama itu dihancurkan dengan fitnah keji tiada
tara. Gerwanilah yang menyiksa dengan kejam para Jenderal Angkatan Darat, yang
di kemudian hari ternyata perbuatan itu tidak pernah dilakukan oleh organisasi
wanita tersebut. "Nasi sudah menjadi tinja," kata Pramoedya. Maka
tidak pelak lagi semua pimpinan Gerwani ditangkap dan disiksa dengan cara tidak
bermoral, mulai dari pelecehan ringan hingga yang berat, dan itu dilakukan oleh
organisasi resmi pemerintah yang konstitusional dan terhormat. Memang dimaklumi
terjadi kekejian itu dalam suasana antikomunis yang luarbiasa pada waktu itu.
Yang patut disayangkan ialah kaum perempuan Nusantara tidak berani lagi
membikin organisasi progresif revolusioner hingga saat ini. Memang telah lahir
pemimpin berkelas akan tetapi pada akhirnya melemah dengan sendirinya karena
kodrat dan kebutuhan hidup serta lingkungan yang terlanjur berbeda dengan masa
lalu.
Konon sejak masa silam, mulai pada abad
kesebelas tatkala Sri Aji Joyoboyo memerintah Kediri para leluhur sudah
mengajarkan sebagai berikut, "Ingatlah wahai para raja atau pemimpin
Nusantara, jika kalian mengambil wanita Tiongkok atau ras mongolid lainnya,
yang dijadikan oleh kalian sebagai istri atau pun sekadar selir atau simpanan.
Maka kedudukan dalam pangkat dan jabatan akan menjadi goyah, hingga jatuh semua
kekuasaan yang kalian miliki...!"
Sedikitnya patut dicatat peristiwa yang
berhubungan dengan di atas yakni antaranya Prabu Brawijaya V, raja terakhir
Majapahit mengawini putri Campa yang berdarah Tiongkok dan kemudian Majapahit
meluncur jatuh menuju kehancuran.
Bung Karno atau Paduka Yang Mulia
Presiden Soekarno, Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
juga memperistri seorang perempuan berdarah mongoloid dari negeri Sakura
bernama baru Ratna Sari Dewi. Sejarah mencatat bahwa sejak pernikahan itu Bung
Karno meluncur menuju kejatuhannya akibat digulingkan oleh kekuatan dalam
negeri yang bersekongkol dengan asing. Dalam masa penahanannya di wisma Yaso,
milik Ratna Sari Dewi, yang dikemudian hari dirampas oleh Angkatan Darat, Bung
Karno walau sakit parah pada ginjalnya sehingga wajib cuci darah tidak
mendapatkan perawatan semestinya hingga ajal menjemputnya pada 1970. Inna
Lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un....
****
15.
Ramalan
Joyoboyo, Invasi pasukan Extra-Terrestrial terhadap Planet Bumi
Planet Bumi yang mungil memiliki peran istimewa sebagai penyeimbang
tatanan alam semesta raya. Mengapa? Karena di bumi terdapat sebangsa makhluk
cerdas, yakni manusia, atau homo sapiens. Makhluk cerdas atau berintelijensi
tinggi ini memiliki kodrat berbuat kebaikan sekaligus kejahatan terhadap planet
sendiri. Dengan teknologi atom yang mereka kuasai, maupun teknologi baru yang
lebih ramah lingkungan maka kelak mereka mampu mengubah benda angkasa yang
berukuran beberapa kilometer persegi sampai sebesar planet menjadi layak huni
dan selanjutnya menguras kekayaan yang berupa bahan tambang penting dan
berharga jika dibawa ke bumi.
Sejauh ilmu pengetahuan yang sampai saat
ini berhasil dikuasai maupun sedang dipelajari oleh para ilmuwan dari berbagai
disiplin ilmu, bahwa belum ada bukti apapun yang menunjang ke arah ditemukannya
plenet kembaran bumi, dan juga sosok cerdas lain di alam semesta. Adakah
mereka? Pertanyaan itu semakin sulit dijawab di jaman modern ini, karena
ketatnya disiplin akademis dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun dalam
ilmu filsafat.
Berikut ini ada sebuah syair bernuansa
ramalan oleh Sri Aji Joyoboyo dari abad kesebelas masehi yang mengisahkan
kedatangan armada pasukan asing ET (extra-terrestrial) dari angkasa luar yang
jumlahnya cukup besar dan diperkirakan menggunakan teknologi yang memanfaatkan komet yang sudah direkayasa
sebagai kapal induk bagi tumpangan pesawat-pesawat mereka. Tujuan mereka
diperkirakan untuk mengembalikan kedudukan planet bumi manusia yang penting
bagi keseimbangan alam semesta. Barangkali kedatangan mereka itu tatkala sedang
terjadi kekacauan dahsyat.di bumi akibat ulah manusia sendiri dan juga
ditingkahi dengan bencana alam efek samping dan utama daripada global warming
(pemanasan global planet Bumi).
sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,
parak esuk bener ilange
bethara surya njumedhul
Konon kedatangan dewa berbadan
manusia itu di planet Bumi kelak itu ada hubungannya dan atau ditandai dengan
pergerakan barisan besar "lintang kemukus" selama tujuh hari tujuh
malam berasal dari Selatan Khatulistiwa menuju ke Timur. Walau sebenarnya
mereka terus bergerak tiada henti tentu saja di pagi hari tatkala sang mentari
muncul sampai pada ia tenggelam di petang hari, benda angkasa yang terus
bergerak itu tak akan tampak dari permukaan bumi.
****
16.
Ramalan
Joyoboyo "Partai yang ingkar janji"
Kesalahan fatal yang dibuat oleh
golongan kiri yakni kaum sosialis, komunis, dan demokrat kerakyatan di
Nusantara ialah pada masa kabinet Amir Syarifoeddin sekitar tahun 1947-48 yang
mengembalikan mandat kekuasaan memimpin kabinet Parlementer pertama sejak
kemerdekaan kepada Presiden Soekarno. Hal itu terjadi akibat persetujuan
Renville (nama kapal perang Amerika Serikat) tidak lagi didukung oleh Partai
Masjoemi. Masjoemi atau Masyumi semula mendukung Renville kemudian menentang
persetujuan tersebut dan memelopori mosi tidak percaya kepada Kabinet Amir
Sjarifoeddin yang berasal dari Partai Sosialis.
Amir Sjarifoeddin sang Perdana Menteri
yang merasa emosional atas sikap salah satu partai koalisi tersebut dengan
emosional menyerahkan kekuasaannya tanpa pikir panjang lagi, sehingga akibatnya
di kemudian hari ia menjadi kambing hitam sebagai pemimpin partai kiri/sosialis
yang sangat dibenci oleh Amerika Serikat. Amir dan sepuluh pemimpin PKI dibunuh
oleh penguasa yang menggantikannya. Pengganti kabinet Amir S. ialah kabinet
Mohammad Hatta yang sepenuhnya antikomunis maka didukung partai Islam dan
partai kecil lainnya. Kaum kiri harus disingkirkan dari kabinet Hatta dengan
jalan berbagai rekayasa antara lain ReRa, dan juga menghijrahkan kekuatan kanan
Siliwangi ke daerah basis Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ramalan Joyoboyo mengenai ratu ora netepi
janji ialah partai yang tidak menepati janji. Partai penguasa dan partai
oposisi di masa orde reformasi ini memang bertindak selalu mengingkari
janjinya, apapun yang diucapkan semasa kampanye ternyata selalu janjinya tidak
pernah ditepati. Begitulah watak siapapun yang berhasil meraih kekuasaan, baik
ia seorang aktivis militan maupun pembela rakyat tertindas lainnya jika telah
masuk lingkaran kekuasaan maka ia tidak akan berani membela rakyat tertindas.
Mengapa? "Itu cuma soal perut," kata Pramoedya Ananta Toer, yang juga
membikin hukum sebagai berikut, "Siapapun yang sudah sukses meraih
kekuasaan atau bahkan cuma menjadi aparat pemerintah, maka jangan diharapkan
lagi ia akan berjuang untuk rakyat yang tertindas!"
Oleh karena itulah partai yang berkuasa
semasa Orde Baru tidak akan pernah lagi dipercaya oleh rakyat. Karena di belakang
hari, walaupun sudah merasa menjadi partai yang baru, partai yang berbeda
ternyata tingkah polahnya tetap saja mengagungkan Orde Baru yang fasis dan
otoriter seperti juga pemimpin partai berkuasa di belahan dunia lain: Husni
Mubarak, Khadafi, Pinochet, Marcos dan seterusnya sehingga setelah berkuasa puluhan tahun
berturut-turut akhirnya digulingkan oleh rakyat, walaupun itu dibarengi dengan
campur tangan negara adikuasa yang mengerahkan kekuatan militer dan intelijennya.
Berikut ini adalah bait Sri Aji
Joyoboyo yang hingga kini dikenal sebagai nujum yang ampuh berasal dari
Kerajaan Kediri yang berkuasa hampir meliputi dua pertiga wilayah Nusantara
pada abad kesebelas masehi:
ratu ora netepi janji
musna kuwasa lan prabawane
akeh omah ndhuwur kuda
wong padha mangan wong
kayu gligan lan wesi hiya padha doyan
dirasa enak kaya roti bolu
yen wengi padha ora bisa turu
Suatu masa para calon pemimpin/wakil
rakyat membikin janji pada rakyat sewaktu berkampanye, akan tetapi setelah
terpilih menjadi pemimpin/wakil rakyat mengingkari janji. Mereka kemudian tidak
dipercaya lagi oleh rakyat, maka akan kehilangan kedudukan dan juga kewibawaan.
Kelak akan ada gedung pencakar langit yang pada lantai dasarnya dibuat parkir
kereta tanpa kuda alias mobil. Manusia terdiri dari kelas penghisap dan kelas
yang dihisap. Mereka yang berada dalam posisi penghisap sudah bisa mendapatkan
keuntungan daripada usahanya mengolah besi menjadi barang mewah, dan juga kayu
gelondongan menjadi barang yang bernilai tinggi/meubel. Mereka merasa menikmati
keuntungan tinggi dari usaha tersebut senikmat rasa kue bolu. Akan tetapi
manusia yang demikian sibuk itu selalu memikirkan bagaimana mencari keuntungan
lebih banyak lagi sehingga bekerja hingga larut malam dan sulit untuk tidur.
***
17.
Ramalan
Joyoboyo "tentang pria"
Dengan payung organisasi
kemasyarakatan di bidang keagamaan, adat budaya setempat, partai politik, dan
lain sebagainya berhimpunlah kaum pria dalam sekawanan gerombolan bersenjata
tumpul dan tajam mengadakan aksi keroyokan terhadap satu atau beberapa orang
yang telah diputuskan bersama sebagai patut diserbu atau diobrak-abrik karena
telah melanggar norma sosial dan keagamaan. Lain soal apakah perbuatan
gerombolan/kelompok itu atas nama kebenaran, aqidah, dan membasmi kemaksiatan.
Tindakan anarki keroyokan yang dilakukan kumpulan pria itu menggambarkan bahwa
di jaman terbalik dan edan seperti yang dicetuskan Sri Aji Joyoboyo pada abad
kesebelas adalah lenyapnya jiwa ksatria dalam diri kaum pria masa depan.
Menyerang lawan atau yang dianggap musuh yang berkekuatan kecil dan lemah
dengan sistem keroyokan -- anak kecil pun tahu -- memang bukan tindakan ksatria
yang seharusnya merupakan simbol daripada kaum pria. Dan di jaman terbalik ini
juga terdapat seseorang/kelompok yang secara sembunyi meletakkan benda celaka
di tempat umum, misalnya bom. Maka lengkaplah main keroyokan dan main belakang
itu juga tindakan yang tidak menunjukkan adanya jiwa ksatriaan pada diri
orang/kelompok yang sengaja melakukannya.
Sistem pengeroyokan di sektor kejahatan
juga terjadi, lima lelaki atau lebih menggarap harta benda korbannya di jalanan
yang cuma seorang saja, kadang malah wanita. Mengapa terjadi kemerosotan
moral/jiwa ksatria pada kaum pria?
Pujangga modern Nusantara yang pernah dinominasikan
peraih Nobel mengatakan soal kekalahan berabad kerajaan Nusantara terhadap
bangsa Barat, "Laju kemerosotan Nusantara sejak paska keruntuhan Majapahit
hingga hari ini tidak dapat ditahan lagi oleh para raja dan ksatria di
Nusantara, dan juga angkatan perang mereka tak pernah diuji dan berhasil sekali
pun dalam pertempuran menghadapi bangsa lain, karena kekuasaan dan kekuatan
mereka tercurah dan tersedot habis di dalam harem....".
Penyebab lainnya ialah tidak ada
kurikulumnya untuk diajarkan di sekolah kecuali sekolah militer atau di tempat
lainnya bagaimana caranya bersikap ksatria, maka yang terjadi pada kaum pria
masa depan ini tepat sebagaimana yang diramalkan oleh Joyoboyo sembilan abad
yang silam adalah sebagai berikut:
Wong lanang ilang kaprawirane
Wong lanang linggih plangki
Akeh wong lanang ora duwe bojo
Wong wadon nglamar wong lanang
Kelak di masa depan pada jaman
terbalik maka kaum pria akan kehilangan jiwa ksatrianya. Tidak seperti di jaman
kuno tatkala kaum wanita naik tandu sedangkan kaum prianya naik kuda, maka di
jaman terbalik tersebut kaum prianya justru menaiki tandu atau menggunakan
sopir pribadi untuk bepergian ke mana-mana. Kaum pria yang telah tidak lagi
berjiwa ksatria itu tidak berani beristri karena takut untuk melamar dan
menikah dengan berbagai alasan: ekonomi, patah hati, tidak sederajat, tidak
berani bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, dan sebagainya. Bahkan semakin
bertambah banyak juga pria yang tidak suka pada lawan jenisnya: wanita; akan
tetapi malah menyukai sejenisnya. Kelak di masa depan malahan kaum wanita tidak
malu-malu lagi mendahului menyatakan cintanya kepada pria idaman hatinya.
***
Namun
dari semua ramalan tersebut saya kembalikan pada anda-anda semua…..
0 komentar:
Posting Komentar