Kronologi
penyerangan anggota TNI di Papua berdasarkan keterangan Panglima TNI Laksamana
Agus Suhartono:
Pukul 09.30
WIT, Kamis 21 Februari 2013
Pada pukul
09.30 waktu setempat, Pos TNI di Tingginambut didatangi seorang yang bernama
Wendi Tabuni yang bermaksud mengunjungi komandan pos Lettu Infantri
Resakita. Wendi Tabuni ini adalah
sahabatnya TNI, tetapi juga sahatnya kelompok lain.
Pukul 10.00 WIT
Setelah
berbincang-bincang lebih kurang 30 menit, Wendi Tabuni meninggalkan pos dan
langsung menghilang dan tidak berapa lama terjadi penyerangan dan rentetan
tembakan dari segala penjuru. Diperkirakan penyerangan dilakukan oleh kekuatan
GPK Papua bersenjata pimpinan Goliath Tabuni dengan kekuatan 50 orang dengan 18
pucuk senjata.
Anggota pos
memberikan perlawanan dibantu pos infantri 753 terdekat dan pos brimob.
Mendapat bantuan tersebut kemudian GPK Papua melarikan diri ke arah gunung.
Akibat serangan tersebut 1 orang prajurit gugur atas nama Bratu Wahyu Prabowo
dengan luka tembak di bagan dada kiri dan Letnan Satu Infantri Risakita Armena.
Komandan pos Tingginambut mengalami luka tembak di bagian lengan kiri, terkena
serpihan peluru yang meleset.
Pukul 10.30
WIT
Serangan
kedua pada pukul 10.30 WIT di kampung Gigobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak
Jaya. 11 Orang anggota TNI dari Koramil Sinak dan Yonif 753 berangkat menuju
bandara dengan berjalan kaki berjarak sekitar 1,5 Km dengan berpakaian preman
dan tanpa senjata untuk mengambil alat komunikasi HT dan HP Satelit yang
dikirim dari Kodim Nabire. Perlu diketahui bahwa 11 orang ini bukan anggota
yang sedang jaga dan bukan yang sedang melakukan patroli, tapi adalah anggota
yang stand by di situ. Mengingat seperti yang kami laporkan tadi, di Sinak ada
38 orang personil, sehingga yang jaga tetap jaga dan yang patroli tetap ada,
yang tidak melaksanakan tugas ini diberi tugas untuk mengambil alat komunikasi
ini sehingga mengapa mereka berpakaian preman dan tanpa senjata karena
kedekatan TNI dan masyarakat sekitar.
Saat
melintas di Desa Gigobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, rombongan
tersebut dihadang oleh rombongan kelompok bersenjata yang diperkirakan oleh
kelompok Yambe, dipimpin oleh Murip dan Lekaka Telenggen, dengan kekuatan massa
militan lebih kurang 20 orang dengan senjata 4 pucuk, markas di kampung Yambe.
Setelah
melakukan penghadangan GPK Papua melarikan diri ke arah sungai dan menghilang.
Akibat
penyerangan tersebut 7 anggota TNI dan 4 masyarakat sipil meninggal dunia dan 1
orang luka kritis. Nama yang gugur dari Koramil 1714 ada 3 orang: Sertu Frans
Hera, Sertu M Udin dan Sertu Epi Juliana. Sementara dari personil Yonif 753
terdapat 4 personil gugur atas nama Sertu Ramadhan Amang, Pratu Mustopa, Praka
Jojo Miharja dan Praka Winfred.
Adapun 4
warga masyarakat sipil juga turut tertembak dan meninggal serta 1 orang kritis
atas nama: Yohanes Palimbong, Markus Kafin, Uli dan Rudi. Sedangkan Yohanes
Joni masih dalam keadaan kritis.
Atas kejadian
tersebut aparat TNI khususnya tim 1714 mengambil langkah sebagai berikut:
memberangkatkan 21 orang anggota TNI pasukan gabungan yang terdiri dari 9 orang
anggota TNI 753 dipimpin oleh Lettu Infantri Didi Irawan, 7 orang anggota Yonif
751 dipimpin Lettu Infantri Hermianto dan 5 anggota sargas pantauan 10 dipimpin
oleh Lettu Infantri Rizal yang menuju ke Tingginambut dan melaksanakan evakuasi
korban yang tertembak pada saat kontak tembak dengan kelompok bersenjata GPK
Papua.
Selain itu
Kodim 1714 juga memberangkatkan 14 orang anggota TNI gabungan terdiri dari 6
orang anggota Yonif 753 dan 5 orang anggota kodim pimpinan Infantri Prabowo.
Dari Mulia menuju Tingginambut untuk perkuatan bantuan evakuasi karena masih
terjadi kontak tembak dan mempersiapkan rencana evakuasi.
Jumat, 22
Februari 2013
Penyerangan
ke-3 pada tanggal 22 Februari pukul 08.00 WIT, di saat heli Super Puma TNI AU
baru saja mendarat di Bandara Sinak untuk melaksanakan evakuasi korban. Terjadi
penembakan terhadap heli Super Puma ini dari jarak 300 meter oleh seorang
anggota GPK bersenjata Papua. Akhirnya evakuasi tak jadi dilaksanakan dan heli
Super Puma kembali.
8 Prajurit
TNI Gugur
Dari dua
serangan itu menyebabkan 8 Prajurit TNI
gugur diberondong peluru GPK yang diduga
dari kelompok Goliath Tabuni dan Yambe.
Tingginambut yang berjarak 20 Km dari Kota Mulia, Puncak Jaya, Papua,
merupakan daerah yang tergolong rawan. Di daerah itu terdapat markas kelompok
bersenjata.
“Gerombolan
pengacau yang ada di sini kelompok Goliath Tabuni dengan kekuatan sekitar 50
orang,” ujar Panglima TNI”.
Begitu juga
dengan wilayah penyerangan di Kabupaten Sinak,
yang terletak sekitar 40 km dari Tingginambut, merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Puncak Jaya. Daerah SInak
rawan dan merupakan daerah operasi pengamanan dari korps TNI.
Reaksi
Amerika Serikat
“Kami
memandang Papua sebagai bagian dari wilayah Indonesia, jadi kami tidak
mendukung gerakan separatis atau gerakan kemerdekaan di Papua,” kata Duta Besar
AS untuk Indonesia, Scot Marciel, di kediamannya di Jakarta, Selasa (11/9).
AS, kata
Marciel, juga mendukung dilakukannya dialog oleh pemerintah Indonesia dengan
rakyat Papua. “Selain itu kami juga mendukung adanya penjagaan (untuk keamanan)
di Papua,” tambah Marciel.
Seandainya
terdapat dugaan-dugaan pelanggaran HAM di Papua, kata Marciel, AS berharap
dugaan-dugaan tersebut diinvestigasi. Marciel menambahkan, AS tidak memandang
isu pemisahan diri Papua sebagai isu yang mesti melibatkan AS lebih dalam.
“Ini bukan
isu yang mengharuskan kami ikut campur sangat dalam. Ini adalah isu internal
Indonesia,” kata Marciel.Meskipun demikian AS akan terus melanjutkan dukungan
untuk pembangunan Papua.
“Kami akan
terus mempromosikan pembangunan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan di Papua,”
ujar Marciel. Ditanya rencana pemindahan ribuan pasukan angkatan laut AS dari
Okinawa ke Guam, Marciel menyangkal jika hal itu dilakukan AS untuk
mempersiapkan invasi ke Papua.
“Sama sekali
tidak ada dalam benak pemerintah AS melakukan hal itu (pengerahan pasukan)
untuk mengganggu Indonesia. Itu adalah hal yang di luar imajinasi kami,”
katanya.
“Indonesia
adalah teman bagi Amerika. Saya tidak habis pikir mengapa orang berpikir kami
akan melakukan sesuatu yang tidak bersahabat kepada Indonesia,” tambah Marciel.
AS akan
terus menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Marciel mengatakan
kerjasama tersebut meliputi aktivitas bersama seperti latihan militer,
pertukaran pakar militer, sampai kegiatan saling mengunjungi.
Otonomi
Khusus
Munculnya
gerakan separatisme di tanah Papua sebenarnya telah dicarikan solusinya oleh
Pemerintah melalui Otonomi Khusus (Otsus) Papua. Melalui Tim Otsus Papua,
dengan pelimpahan dana Rp 30 triliun serta dana reguler lainnya diharapkan keinginan Papua untuk mempercepat
pembangunan terealisasi. Namun
berdasarkan laporan audit BPK ditemukan adanya bantuan yang belum sampai ke
rakyat.
Wakil Ketua
DPR RI Priyo Budi Santoso mengatakan DPR akan melakukan evaluasi, mengenai penyebab mandeknya
operasional Otsus Papua.
Otonomi
Khusus Papua harus diterapkan dengan benar untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Papua, namun insiden penembakan yang menewaskan 8 TNI dan 4 Warga
sipil tidak bisa ditolerir karena
pelanggaran berat dan perbuatan keji melawan alat-alat negara. Apaarat keamanan
masih mengejar kelompok bersenjata yang melakukan pembunuhan dan tim gabungan
Polri-TNI yang terus melakukan investigasi.
Negara dan
bangsa Indonesia terbentuk dari sebuah perjuangan yang panjang dan
meletihkan baik secara fisik maupun ideologi. Kini kemufakatan yang dituangkan dalam bentuk
negara dengan tatanan dasar filosofi
bangsa berdasarkan asas-asas kebhinekaan, kembali diuji.( JKGR).
Source : jakartagreater