1. Detasemen Khusus 88
Detasemen
Khusus 88 atau Densus 88 adalah
satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk
penanggulangan teroris di Indonesia.
Pasukan khusus berompi merah ini dilatih khusus untuk menangani segala ancaman
teror, termasuk teror bom. Beberapa anggota juga merupakan anggota tim Gegana.
Detasemen 88 dirancang sebagai
unit antiteroris yang
memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom hingga
penyanderaan. Unit khusus berkekuatan diperkirakan 400 personel ini terdiri
dari ahliinvestigasi, ahli bahan
peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu.
Pembentukan
Detasemen 88 – Latihan Penyergapan
Satuan ini diresmikan oleh Kepala
Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani pada
tanggal26 Agustus 2004. Detasemen 88 yang
awalnya beranggotakan 75 orang ini dipimpin oleh Ajun Komisaris Besar
Polisi Tito Karnavian yang
pernah mendapat pelatihan di beberapa negara.
Angka 88 berasal dari kata ATA (Anti
Terror Act), sebuah undang-undang anti teror US, yang jika dilafalkan
dalam bahasa Inggris berbunyi Ei Ti Ekt.
Pelafalan ini kedengaran seperti Eighty Eight (88). Jadi arti angka 88 bukan
seperti yang selama ini beredar bahwa 88 adalah representasi dari jumlah korban
bom bali terbanyak (88 orang dari Australia), juga bukan pula representasi
dari borgol.
Pasukan khusus ini dibiayai oleh
pemerintah Amerika Serikat melalui bagian Jasa
Keamanan Diplomatik (Diplomatic Security Service) Departemen Negara AS
dan dilatih langsung oleh instruktur dari CIA, FBI, danU.S. Secret Service.
Kebanyakan staf pengajarnya adalah bekas anggota pasukan
khusus AS. Pusat pelatihannya terletak di Megamendung, 50 kilometer selatan
kota Jakarta.
Persenjataan
Satuan pasukan khusus baru Polri ini dilengkapi
dengan persenjataan dan kendaraan tempur buatan Amerika Serikat, seperti senapan serbu Colt M4,
senapan penembak jitu Armalite AR-10, dan shotgun Remington 870. Bahkan
dikabarkan satuan ini akan memiliki pesawat C-130
Hercules sendiri untuk meningkatkan mobilitasnya. Semua
persenjataan yang diberikan, termasuk materi latihan, diberitakan sama persis
dengan apa yang dimiliki oleh satuan khusus antiteroris AS.
Operasi yang diketahui
Detasemen 88 – Konvoi Tempur
§ 9 November 2005 - Detasemen 88
Mabes Polri menyerbu kediaman buronan teroris Dr. Azahari di Kota Batu, Jawa Timur yang
menyebabkan tewasnya buronan nomor satu di Indonesia dan Malaysia tersebut.
§ 2 Januari 2007 - Detasemen 88
terlibat dalam operasi penangkapan 19 dari 29 orang warga Poso yang masuk dalamdaftar pencarian orang di Kecamatan
Poso Kota. Tembak-menembak antar polisi dan warga pada peristiwa
tersebut menewaskan seorang polisi dan sembilan warga sipil.
§ 9Juni 2007 - Yusron al
Mahfud, tersangka jaringan teroris kelompok Abu Dujana,
ditangkap di desa Kebarongan,Kemrajan, Banyumas, Jateng
§ 8 Agustus 2009 - Menggerebek
sebuah rumah di Jati Asih, Bekasi dan menewaskan 2 tersangka teroris
§ 8 Agustus 2009 - Mengepung dan
akhirnya menewaskan tersangka teroris di Temanggung.
§ 17 September 2009 - Pengepungan
teroris di Solo dan
menewaskan 4 tersangka teroris salah satu diantaranya adalahNoordin Mohammed Top
Di dalam melaksanakan tugasnya,
DENSUS 88 cukup banyak mengundang kontraversi. adapun beberapa kontraversi yang
marak adalah operasi di Temanggung. Dimana untuk melumpuhkan seorang mantan
tukang bunga/florist diperlukan puluhan anggota bersenjata otomatis dan bahan
peledak.
Komando
Pasukan Katak atau lebih dikenal dengan
sebutan Kopaska didirikan 31 Maret 1962 oleh Presiden Sukarno untuk
mendukung kampanye militer di Irian Jaya.
Kopaska berkekuatan 300 orang. Satu
grup di Armada Barat di Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya. Tugas
utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi
bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi.
Sejarah
Komando
Pasukan Katak disingkat KOPASKA adalah pasukan
khusus dari TNI Angkatan
Laut. Semboyan dari korps ini adalah “Tan Hana Wighna Tan Sirna”
yang berarti “tak ada rintangan yang tak dapat diatasi”. Korps ini secara resmi
didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Indonesia waktu itu Soekarno untuk
membantunya dalam masalah Irian Jaya. Pasukan khusus ini sebenarnya sudah
ada sejak 1954.
Bapak dari Kopaska adalah Kapten
Pelaut Iskak dari sekolah pasukan katak angkatan laut di pangkalan angkatan
laut Surabaya. Tugas utama dari pasukan ini adalah
peledakan/demolisi bawah air termasuk sabotase/penyerangan rahasia kekapal
lawan dan sabotase pangkalan musuh, penghancuran instalasi bawah air,
pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih
besar serta antiteror di laut/maritime counter terorism . Jika tidak sedang
ditugaskan dalam suatu operasi, tim tim Detasemen Paska dapat ditugaskan
menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
Komando Pasukan Katak TNI-AL
Kopaska – Pengamanan Pantai
1.
Satuan Pasukan Katak Armada Barat (Satpaska
Armabar)
A.
Detasemen 1 Sabotase/anti-Sabotase
B.
Detasemen 2 Operasi Khusus
C.
Detasemen 3 Combat SAR
D.
Detasemen 4 EOD dan mine clearence
E.
Detasemen 5 Underwater Demolition
F.
Detasemen 6 Special Boat
Unit
2.
Satuan Pasukan Katak Armada Timur (Satpaska
Armatim)
A.
Detasemen 1 Sabotase/anti-Sabotase
B.
Detasemen 2 Operasi Khusus
C.
Detasemen 3 Combat SAR
D.
Detasemen 4 EOD dan mine clearence
E.
Detasemen 5 Underwater Demolition
F.
Detasemen 6 Special Boat Unit
Tugas “Manusia Katak”
Kopaska Parade
1.
Tugas dalam Operasi Amphibi
§
Beach Recconaisance
§
Post Reconnaisance
§
Beach Clearing
§
SUROB (Surf Observation)
2.
Operasi Khusus
§
Sabotase / Anti Sabotase
§
Clandestein
§
Combat SAR
§
Mine Clearance Ops
§
Send and Pick up agent
3.
Operasi Tambahan
§
PAM VIP VVIP & Vital Obj
§
Underwater Survey
§
SAR
§
Underwater Salvage
§
Factual Information Gathering
Perekrutan
Kopaska – Penyusupan Air
§ Anggota TNI AL (kecuali Korps Marinir)
§ Berdinas minimum 2 thn di KRI/Kapal Perang RI
§ Lulus Kesamaptaan/kemampuan jasmani
§ Lulus Tes Ketahanan Air
§ Lulus Psikotest khusus
§ Lulus Kesehatan khusus bawah air
§ Secara sadar mengikuti tes dan pendidikan tanpa paksaan
siapapun
Lama pendidikan
10 bulan
Tempat pendidikan
Di Sekolah Pasukan Katak TNI AL
(SEPASKAL) / Komando Pendidikan Operasi Laut -KODIKOPSLA / Komando Pengembangan
Pendidikan TNI AL-KOBANGDIKAL) Ujung Surabaya.
Sebelumnya adalah di Sekolah Penyelaman TNI AL (SESELAM) PUSDIKOPSLA KODIKAL
Surabaya)
Materi Pendidikan
§ Akademis umum Angkatan Laut (Operasi laut, navigasi, mesin,
elektronika, bangunan kapal,komunikasi dan lain lain)
§ Kepaskaan (Doktrin Manusia Katak,Penyelaman dasar,penyelaman
tempur,renang tempur,kartografi,menembak berbagai jenis senjata, mengemudi dan
menangani kapal/perahu cepat dan lain lain)
§ Dik Komando (Dasar komando, perang hutan, jungle
survival/sea survival SERE, dan lain lain, sebelum mempunyai dik sendiri siswa
kopaska ikut dengan pendidikan komando hutan Marinir)
§ Terjun (Static dan AFF). Setelah melaksanakan terjun dasar
mendarat di darat selanjutnya adalah spesialisasi kemampuan terjun ( statik
& free fall) untuk mendarat di sasaran sasaran lepas pantai dan laut.
§ Intelijen Tempur
§ Sabotase dan kontra sabotase
§ Demolisi bawah air
§ SAR Tempur
Jumlah personel
Nil – untuk jumlah tidak pernah di
ekspos karena pasukan ini mempunyai tingkat kerahasian yang tinggi dalam materi
personil.
Kegiatan saat ini
§
Melaksanakan Operasi
khusus/Intelijen TNI dan TNI AL
§
Melaksanakan Operasi “Kikis Bajak”
§
Unit Anti Perompak Perairan Indonesia
§
Buru Perompak di daerah Selat Malaka
§
Buru Perompak di daerah Selat Sunda
§
Buru Perompak di daerah Bangka
Belitung
§
Pengamanan Blok Ambalat Ambalat
§
Pengamanan Objek Vital Lepas
Pantai Oil Rig
§
Latma Malindo Malaysia & Indonesia
§
Latma PANDU EODEX dgn Republic of
Singapore Navy Naval Diving Unit / RSN-NDU
secara bergantian Singapura dan Indonesia
§
Latma MCMEX / DIVEX dengan Tim NAVAL
EOD dari 25 negara Asia Pasifik di Asia Pasifik
§
Latma Flash Iron / SEALEX dengan US
NAVY SEAL US Navy
§
Latma Balance Iron dengan US Army
Ranger US Army
Detasemen
Jala Mangkara (disingkat Denjaka)
adalah sebuah detasemen pasukan
khusus TNI Angkatan Laut. Denjaka adalah satuan
gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL. Anggota
Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan
suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut).
Lama pendidikan ini adalah 6 bulan. Intinya Denjaka memang dikhususkan untuk
satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan di mana saja terutama
anti teror aspek laut. Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No
Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka memiliki
tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di daerah
pantai serta kemampuan klandestin aspek laut.
Sejarah
Pasukan Khusus AL
Profil Prajurit Denjaka
Pada tanggal 4 November 1982, KSAL membentuk
organisasi tugas dengan nama Pasukan Khusus AL (Pasusla).
Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan akan adanya pasukan
khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman aspek
laut. Seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya.
Pada tahap pertama, direkrut 70
personel dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib)
dan Komando Pasukan Katak (Kopaska).
Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan
asistensi Komandan Korps Marinir. KSALbertindak selaku
pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar.
Detasemen Jala Mengkara
Melihat perkembangan dan kebutuhan
satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima TNI yang
isinya berkisar keinginan membentuk Detasemen Jala Mangkara. Panglima ABRI menyetujui
dan sejak itu (13 November 1984), Denjaka menjadi
satuan Antiteror Aspek Laut. Merunut keputusan KSAL, Denjaka adalah komando
pelaksana Korps Marinir yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan
kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror,
antisabotase, dan klandesten aspek laut atas perintah Panglima TNI.
Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak
pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit
terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya,
satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah
laut maupun lewat udara. TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu
Komando Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan
latihan gabungan dengan US Navy SEAL.
Organisasi satuan
Denjaka terdiri dari satu markas
detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur. Sebagai unsur
pelaksana, prajurit Denjaka ditutut memiliki kesiapan operasional mobilitas
kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang
berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu
juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan
vertikal dari udara.
Pendidikan yang dilakukan
Kursus awal
Setiap prajurit Denjaka dibekali kursus
penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan:
§ Intelijen,
§ Taktik dan teknik anti-teror, dan anti-sabotase,
§ Dasar-dasar spesialisasi,
§ Komando kelautan dan keparaan lanjutan
Kursus ini dilaksanakan setiap
kurang lebih 5,5 bulan bertempat di Jakarta dan
sekitarnya.
Kursus lanjutan
Dilanjutkan dengan materi
pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri,
penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara,
penguasaan taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut,
kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek vital di laut,
penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan
tentang terorisme dan
sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan
survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Persenjataan
Untuk mendukung operasi personel
Denjaka dibekali antara lain submachine
gun MP5, Daewoo K7, senapan serbu G36, HK416, Pindad ss-1, CZ-58, senapan mesin ringan Minimi M60, Daewoo K3, serta pistol Beretta
dan SIG Sauer 9 mm.
Komandan
Beberapa perwira yang pernah
memimpin Denjaka antara lain adalah Mayjen TNI (Mar) Nono Sampono (AAL
1976) dan Brigjen TNI (Mar) Yusuf Solichin.
Komandan Denjaka yang sekarang menjabat adalah Letkol Laut Yudi Bramantyo N.S..
Ia dilantik tanggal 30 Desember 2009 menggantikan Letkol Mar Widodo.
Satuan
81/Penanggulangan Teror atau
disingkat Sat-81/Gultor adalah satuan di Kopassus yang
setingkat dengan Grup, bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.
Kekuatan dari satuan ini tidak dipublikasikan secara umum mengenai jumlah
personil maupun jenis persenjataannya yang dimilikinya, semua itu dirahasiakan.
Sejarah berdirinya
Mengantisipasi maraknya tindakan
pembajakan pesawat terbang era tahun 1970/80-an, Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI menetapkan
lahirnya sebuah kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha.
Pada 30 Juni 1982, muncullah Detasemen
81 (Den-81) Kopassandha dengan komandan pertama Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan dengan
wakil Kapten Inf. Prabowo
Subianto. Kedua perwira tersebut dikirim untuk mengambil
spesialisasi penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) Jerman dan
sekembalinya ke Tanah Air dipercaya untuk menyeleksi dan melatih para prajurit Kopassandha yang
ditunjuk ke Den-81. Satuan-81 merupakan ujung tombak pertahanan dan keamanan
Republik Indonesia. Tidak seperti satuan lain yang selalu mengexpose kegiatan
mereka, Visi dan misi Satuan-81 adalah untuk “tidak diketahui,tidak terdengar
dan tidak terlihat”
Organisasi pasukan
Keinginan mendirikan Den-81
sebenarnya tidak terlepas dari peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla
di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981. Nah, pasukan yang berhasil
membebaskan Woyla inilah yang menjadi cikal bakal anggota Den-81, dan
belakangan diganti lagi jadi Satuan 81 Penanggulangan Teror (Sat-81 Gultor).
Dari periode 1995 – 2001, Den-81 sempat dimekarkan jadi Group 5
Antiteror. Detasemen-81 adalah merupakan salah satu organisasi bersenjata yang
paling progresif didunia. Detasemen-81 adalah merupakan unit kedua di dunia
(setelah GSG-9)pemakai senapan serbu HK MP-5 dan produk Heckler & Koch lainnya.
Selan itu, Detasement-81 juga adalah pelopor pemakaian PETN sebagai bahan
peledak alternatif selain C-4 dan Semtek.
Satuan yang ada di bawah kendali
Sat-81 adalah Batalyon 811 dan Batalyon 812.
Sistem rekrutmen
Secara organisatoris, Gultor
langsung di bawah komando dan pengendalian Komandan Jendral Kopassus. Gultor
saat ini dipimpin perwira menengah berpangkat kolonel. Proses rekrutmen
prajurit Gultor dimulai sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan
para dan komando di Batujajar. Dari sini, mereka akan ditempatkan di satuan
tempur Grup 1 dan Grup 2, baik untuk orientasi atau mendapatkan pengalaman
operasi.
Operasi Sat-81/Gultor
Sekembalinya ke markas, prajurit
tadi akan ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan
ke Satuan Sandi Yudha atau Satuan Antiteror. Untuk antiteror, pendidikan
dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus Batujajar. Secara
keseluruhan, bisa dipastikan bahwa Detasemen-81 terlibat didalam setiap operasi
rahasia militer yang dilakukan ABRI dan kemudian dilanjutkan oleh TNI. Adapun
operasi tersebut adalah Timor-Timur, Aceh,Irian Jaya dll. Dengan maraknya
pelanggaran perbatasan RI oleh tetangga RI di Utara, disinyalir bahwa satu
peleton Den-81 telah ditugaskan di perbatasan Kalimantan Timur untuk patroli
intai jarak jauh (long range Recce mission) Dikabarkan pula bahwa unsur Den-81
telah diturunkan juga untuk mengejar Nordin M Top dan kawan kawan. Sampai saat
Satuan 81 anti teror adalah salah satu perangkat BIN (Badan intelijen nasional)
di dalam operasi khusus yang bersifat paramiliter.
Komando
Pasukan Khusus yang disingkat menjadi Kopassus adalah
bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat yang memiliki kemampuan
khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat,
pengintaian, dan anti teror.
Dalam perjalanan sejarahnya,
Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu
menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus
diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII,
operasi militer PRRI/Permesta, Operasi
Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi
Seroja di Timor Timur,
operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan
sandera di Mapenduma, serta berbagai
operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat
rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan KOPASSUS tidak akan
pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi KOPASSUS yang pernah
dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam
di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan
dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan
Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di
perbatasan Papua nugini.
Prajurit Kopassus dapat mudah
dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering
disebut sebagai pasukan baret merah. Kopassus memiliki moto Berani,
Benar, Berhasil.
Sejarah Kopassus
Kesko TT III/Siliwangi
Pada tanggal 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan
Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Ide
pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas
gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di
Maluku. Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi(Brigjen
Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS. A.E. Kawilarang bercita-cita untuk
mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Komandan pertama saat itu
adalah Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan
kapten KNIL Belanda
kelahiran Kanada,
yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser. Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan
dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
KKAD
Pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes ABRI
mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya
menjadi Korps Komando Angkatan Darat(KKAD).
RPKAD
Tanggal 25 Juli 1955 organisasi KKAD
ditingkatkan menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD),
yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.
Tahun 1959 unsur-unsur
tempur dipindahkan ke Cijantung, di timur Jakarta.
Dan pada tahun 1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah menjadi Resimen
Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Saat itu organisasi
militer itu telah dipimpin oleh Mayor Kaharuddin Nasution.
Pada saat operasi penumpasan DI/TII,
komandan pertama, Mayor Idjon Djanbi terluka, dan akhirnya digantikan
oleh Mayor RE Djailani.
Puspassus AD
Pada tanggal 12 Desember 1966, RPKAD berubah pula
menjadi Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD). Nama
Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun. Sebenarnya hingga tahun
1963, RPKAD terdiri dari dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon 2,
kesemuanya bermarkas di Jakarta. Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan
Long Bawan, saat konfrontasi dengan Malaysia, sedangkan batalyon 2 juga
mengalami penderitaan juga di Kuching, Malaysia, maka komandan RPKAD saat itu,
Letnan Kolonel Sarwo Edhie -karena kedekatannya dengan Panglima Angkatan Darat,
Letnan Jenderal Ahmad Yani, mengusulkan 2 batalyon ‘Banteng Raider’ bentukan
Ahmad Yani ketika memberantas DI/TII di Jawa Tengah di upgrade di Batujajar,
Bandung menjadi Batalyon di RPKAD, masing-masing Batalyon 441″Banteng Raider
III”, Semarang ditahbiskan sebagai Batalyon 3 RPKAD di akhir tahung 1963.
Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436 “Banteng Raider I”, Magelang
menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang kekurangan tenaga di
pertengahan 1965. Sedangkan Batalyon 454 “Banteng Raider II” tetap menjadi
batalyon di bawah naungan Kodam Diponegoro. Batalyon ini kelak berpetualang di
Jakarta dan terlibat tembak menembak dengan Batalyon 1 RPKAD di Hek.
Kopassandha
Tanggal 17 Februari 1971, resimen tersebut
kemudian diberi nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Dalam operasi di Timor Timur pasukan
ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong
integrasi Timtim dengan Indonesia. Pada tanggal 7 Desember 1975, pasukan ini
merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan untuk
mengamankan lapangan udara. Sementara Angkatan Laut dan Angkatan Udara
mengamankan kota. Semenjak saat itu peran pasukan ini terus berlanjut dan
membentuk sebagian dari kekuatan udara yang bergerak (mobile) untuk memburu
tokoh Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato pada
Desember 1978.
Prestasi yang melambungkan nama Kopassandha adalah saat melakukan operasi
pembebasan sandera yaitu para awak dan penumpang pesawat DC-9 Woyla Garuda
Indonesian Airways yang dibajak oleh kelompok yang menamakan diri Komando Jihad
di bawah pimpinan Imran bin M Zen, April 1981. Pesawat yang tengah menerbangi
rute Jakarta-Medan itu sempat didaratkan di Penang, Malaysia dan akhirnya
mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok. Di bawah pimpinan Letkol Sintong
Panjaitan, pasukan Kopassandha mampu membebaskan seluruh sandera dan
menembak mati semua pelaku pembajakan. Korban yang jatuh dari operasi ini
adalah Capa (anumerta) Ahmad Kirang yang meninggal tertembak pembajak serta
pilot Captain Herman Rante yang juga ditembak oleh pembajak. Pada tahun 1992 menangkap
penerus Lobato, Xanana Gusmao, yang bersembunyi di Dili bersama
pendukungnya.
Kopassus
Dengan adanya reorganisasi di
tubuh ABRI,
sejak tanggal 26 Desember 1986, nama Kopassandha
berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal
dengan nama Kopassus hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan
kembali terhadap grup di kesatuan Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan
pendidikan digabungkan menjadi Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss, serta Detasemen
81.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss
melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup.
§ Grup 1/Parakomando — berlokasi di Serang, Banten
§ Grup 2/Parakomando — berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
§ Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus — berlokasi di
Batujajar, Jawa Barat
§ Grup 4/Sandhi Yudha — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
§ Grup 5/Anti Teror — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Detasemen
81, unit anti teroris Kopassus,
ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassus
juga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Komandan
Jendral (Danjen) Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan
dengan reorganisasi ini.
Struktur Satuan Kopassus
Perbedaan struktur dengan satuan
infanteri lain
Struktur organisasi Kopassus berbeda
dengan satuan infanteri pada umumnya. Meski dari segi korps, para
anggota Kopassus pada umumnya berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan
sifatnya yang khusus, maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang
berbeda dengan satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat
pada ukuran umum satuan infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang
disebut Grup. Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki
mereka terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya
(misalnya Brigade).
Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel,
bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih
sedikit.
Lima Grup Kopassus
Secara garis besar satuan dalam
Kopassus dibagi dalam lima Grup, yaitu:
§ Grup 1/Para Komando — berlokasi di Serang, Banten
§ Grup 2/Para Komando — berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
§ Pusat Pendidikan Pasukan Khusus —
berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
§ Grup 3/Sandhi Yudha — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
§ Satuan 81/Penanggulangan Teror —
berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Kecuali Pusdikpassus,
yang berfungsi sebagai pusat pendidikan, Grup-Grup lain memiliki fungsi
operasional (tempur). Dengan demikian struktur Pusdikpassus berbeda dengan
Grup-Grup lainnya. Masing-masing Grup (kecuali Pusdikpassus), dibagi lagi
dalam batalyon,
misalnya: Yon 11 dan 12 (dari Grup 1), serta Grup 21 dan 22 (dari Grup 2).
Jumlah personel
Karena Kopassus merupakan pasukan
khusus, maka dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat
relatif sedikit, tidak sebanyak jumlah personel infanteri biasa, dengan kata
lain tidak menggunakan ukuran konvensional mulai dari peleton hingga batalyon.
Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan
melibatkan kekuatan satu batalyon sekaligus.
Istilah di kesatuan
Karena berbeda dengan satuan pada
umumnya, satuan di bawah batalyon bukan disebut kompi, tetapi detasemen,
unit atau tim. Kopassus jarang melibatkan personel yang banyak dalam suatu
operasi. Supaya tidak terikat dengan ukuran baku pada kompi atau peleton, maka
Kopassus perlu memiliki sebutan tersendiri bagi satuannya, agar lebih
fleksibel.
Pangkat komandan
§ Komandan Grup berpangkat Kolonel,
§ Komandan Batalyon berpangkat Letnan
Kolonel,
§ Komandan Detasemen, Tim, Unit, atau Satuan Tugas Khusus,
adalah perwira yang pangkatnya disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai Letnan sampaiMayor).
Detasemen
Bravo 90 (disingkat Den Bravo-90)
terbilang pasukan khusus Indonesia yang paling muda
pembentukannya. Baru dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada 1990, Bravoberarti
yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih
mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara
menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus
bertempur di udara. Motto: Catya Wihikan Awacyama Kapala artinya Setia,
Terampil, Berhasil
Pengukuhan Detasemen Bravo-90
Dikukuhkan pada tanggal 16 September
1999 oleh KSAU Marsekal Hanafie Asnan. Dalam melaksanakan operasinya, Bravo
dapat juga bergerak tanpa identitas. Bisa mencair di satuan-satuan Paskhas,
atau seorang diri. Layaknya dunia intelijen Bukan main-main, Bravo-90 juga
melengkapi personilnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut, mulai
dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High
Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut
olahraga dan para lanjut tempur (PLT), dalpur trimedia (darat, laut, udara),
selam, tembak kelas 1, komando lanjut serta mampu menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi dengan sarana multimedia. Pasukan elit ini juga
kebagian jatah untuk berlatih menembak dengan menggunakan peluru tajam tiga
kali lipat lebih banyak dari pasukan reguler lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk
melatih ketepatan dan kecepatan mereka untuk bertindak dalam waktu sepersekian
detik.
Struktur Organisasi Bravo-90
Bravo mempunyai 3 tim yang disebut
Alfa 1 s/d 3. Alfa 1 mempunyai spesialisasi intelijen. Alfa 2 berkualifikasi
spesialisasi perang kota/hutan dan Alfa 3 spesialisasi Counter Terrorism.
Disamping itu ada Tim Bantuan Mekanik untuk pemeliharaan senjata dan peralatan
serta tim khusus plus tim pelatih. Tapi sebenarnya 3 tim itu mempunyai keahlian
yang merata di bidang counter terrorism. Pasukan “inti” baret jingga ini juga
kerap berlatih dengan “kakak2 “nya di Gultor Kopassus,
Kopaska TNI-AL dan Den Jaka Marinir Untuk kedepan ada peningkatan standart pasukan
sehingga mencapai 1 detasemen secara utuh dengan jumlah ideal mengikuti tabel
organisasi personel (TOP) yaitu 265 personel dibawah pimpinan seorang Letnan
Kolonel. Bravo saat ini sudah memiliki fasilitas pertempuran jarak dekat (CQB).
Bahkan untuk latihan pembebasan sandera di pesawat, Bravo langsung
melaksanakannya didalam pesawat baik milik TNI-AU maupun PT. DI. Bravo juga
menjadi pasukan khusus pertama di Indonesia yang mampu menguasai ilmu bela diri
Stema yang merupakan ciri khas dari pasukan elit Rusia.
Tahap Pendidikan Bravo-90
Pendidikan Bravo sekitar 6 bulan.
Dilaksanakan di Wing III/Diklat Paskhas Satdik 02 Lanjut dan Satdik 03 Khusus.
Anggotanya diseleksi dari siswa terbaik peringkat 1-40 lulusan sekolah komando
Paskhas dan personel aktif di skadron/Wing. Semua diseleksi ketat mulai dari
IQ, kesemaptaan, keahlian spesialisasi militer yang dibutuhkan serta kesehatan.
Semua dengan asistensi lembaga TNI-AU yang berkompeten dengan bidang masing –
masing. Nampaknya para pelatih Detasemen Penanggulangan Teror “ala” Pasukan
khusus TNI-AU ini tak main – main. Peluru tajam digunakan dalam latihan tahap
akhir. Alhasil para calon Bravo juga penuh perhitungan, cermat, cepat sekaligus
tepat dalam bertindak. Bertempur total dan habis – habisan. Itulah kesimpulan
akhir pendidikan Bravo. Mereka tercetak menjadi prajurit elit Paskhas yang siap
diterjunkan di mana saja di seluruh Indonesia. Setelah lulus, para personel
Bravo muda ini berhak atas brevet bravo, lambang, Call Sign dan perlengkapan
tempur standard Bravo lainnya. Mereka juga dibagi ke dalam 3 tim Alfa dan Tim
Ban Nik. Bagi para personel Bravo yang telah dianggap senior, bisa dipindahkan
ke Tim khusus yang tak lain “berisi” prajurit Bravo berkemampuan di luar matra
udara yaitu Frogmens yang mampu melakukan infiltrasi lewat laut, Selam Tempur,
UDT, EOD, Zeni Demolisi, Penerbangan, elektronika dll.
Penugasan
Bravo-90
Dimulai sejak 1992 dalam pengamanan
KKT di Jakarta, Misi pemulangan TKI Cina, dan misi Geser Tim – Tim sebagai
buntut lepasnya Tim – tim dari NKRI. Bravo ditugasi mengendalikan Bandara
Komoro dalam satgas ITFET (Indonesian Task Force in East Timor), namun
pengamanan pusat kota juga dipercayakan kepada komando Bravo. Mereka bertugas
sampai detik-detik akhir turunnya merah-putih dari bumi Lorosae Setelah itu
dalam konflik Ambon, Bravo mengalami berbagai peperangan frontal dari darat ke
darat dalam menyekat 2 kubu yang bertikai. Bravo tergabung dalam Yon Gab 1
bersama Kopassus dan
Taifib Marinir.
Dalam konflik Aceh,
Bravo ditugasi untuk mengamankan bandara dan lanud di seluruh wilayah NAD.
Senjata Bravo-90
Pistol Scorpion sudah tinggal
kenangan. Kini Bravo memiliki senjata jagonya CQB yaitu MP 5. Sebagian adalah
hibah dari Korea. Namun begitu masih bagus. Pistol pun pakai SiG Sauer. Anggota
Bravo dilengkapi uniform full gears dengan peralatan terbaru. Mulai dari rompi
anti peluru, NVG, GPS, pelindung kaki dan lutut, sepatu khusus, pelindung mata,
pisau lempar sampai alat komunikasi point to point. Bahkan dalam situasi
khusus, Bravo bisa memboyong pesawat – pesawat TNI-AU dari
pesawat angkut sampai pesawat tempur untuk menyokong misi operasinya. Bravo
juga kini telah memiliki senjata SAR-21 (Singapore Air Rifle). Kabarnya Bravo
mendapat 50 buah senjata jenis ini dari Mabes TNI.
Kendaraan Taktis Bravo-90
Detasemen Bravo-90 Paskhas TNI-AU saat
ini setidaknya mengoperasikan beberapa jenis kendaraan taktis antara lain:
Land
Rover Defender MRCV (multi role combat vehicle)
Kendaraan taktis (rantis) Bravo-90
yang satu ini memang khusus. Termasuk Land Rover jenis defender heavy duty
antipeluru yang dilengkapi tangga lipat serta penyangga mobil. Tangga ini lazim
digunakan dalam penyerbuan gedung (building assault). Agar mobil berdiri
stabil, penyangga diturunkan secara hidrolik untuk menahan goyangan. Melihat
tongkrongannya, rantis Bravo-90 ini adalah jenis Defender Td5 dengan basis station
wagon sasis panjang. Mobil yang dari pabrikannya dilego seharga 20.495
poundsterling (standar) ini ditenagai mesin disel berkapasitas 2500cc. Bila
disimak lebih jauh, tentu saja ada fasilitas khusus yang ditambahkan. Sebut
saja plat pijakan kaki yang menempel disekeliling bodi mobil. Tentu saja bukan
tanpa tujuan fasilitas tadi dibuat. Plat berfungsi sebagai pijakan pasukan yang
berdiri disekeliling mobil. Dengan demikian maka pasukan bisa di drop dengan
cepat.
Dirgantara
Military Vehicle (DMV-30T)
Kendaraan sejenis “Humvee” dan
bertampang “sangar” ini adalah produk pertama dan asli rakitan PTDI. Kendaraan
ini mendapat nomor register di lingkungan TNI-AUyakni
4020-10. DMV menggunakan mesin disel 3000 cc Ford Ranger dan teknologi Mazda
Tampilannya semakin perkasa dengan senjata utama senapan mesin GRMG yang
disimpan di bagian atap kendaraan, serta senjata FN Minimi kaliber 5,56 mm yang
menyembul keluar dari kabin depan yang tidak dipasangi kaca. Gerakan mobil
anyar itu dipastikan tetap lincah, baik di jalan raya maupun di medan yang
terjal sekalipun. Empat buah ban ukuran besar melekat di dua as dengan
ketinggian jarak lantai kabin ke tanah sekitar 90 centimeter. Apabila
tertembak, bagian ban masih akan tetap berdiri dan berfungsi maksimal karena
dilengkapi dengan lapisan besi yang dipasang melingkar pada bagian ban.
Kendaraan tempur ini didesain untuk kapasitas empat orang prajurit dengan jok
yang terbuat dari fibre glass yang dicat khas warna loreng TNI. DMV mempunyai
ketahanan perjalanan hingga 600 kilometer. Berbeda dengan kendaraan biasanya,
sasis DMV dibangun dengan besi-besi pipa berkualitas sesuai dengan standard dan
spesifikasi kendaraan versi militer
Markas Komando Bravo-90
Pada tahun 2009, Detasemen Bravo-90
direncanakan telah menempati markas barunya seluas hektar di daerah
Rumpin, Bogor.
Daerah ini dinilai sangat strategis karena dekat dengan dua lanud utama TNI-AU
yaitu Lanud Atang Sanjaya, Bogor dan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta sehingga
mudah untuk menggerakkan pasukan keseluruh wilayah Indonesia. Daerah ini juga
memiliki akses yang cepat ke pusat pemerintahan (khususnya Istana Negara Jakarta dan
Istana Bogor,
Gedung MPR-DPR serta Mabes TNI di Cilangkap) maupun dengan pintu gerbang negara di
Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Selain itu Den Bravo-90 juga
direncanakan untuk dapat melindungi Pusat Pengembangan dan Pengkajian Iptek
(Puspiptek) milik BPPT dan fasilitas LAPAN di daerah Serpong,Tangerang.
7. Batalyon Raider
Batalyon Raider adalah satu batalyon pasukan elit infanteri Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Raider adalah kualifikasi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dilatih untuk menguasai 3 kemampuan. Kemampuan tersebut adalah:
1. Kemampuan sebagai pasukan anti-teroris untuk pertempuran jarak dekat.
2. Kemampuan sebagai pasukan lawan gerilya dengan mobilitas tinggi.
3. Kemampuan untuk melakukan pertempuran-pertempuran berlanjut (panjang).
Mungkin diatas adalah 7 Pasukan Khusus diIndonesia yang sejauh ini diketahui. Tidak menutup kemungkinan masih ada lagi
satuan-satuan khusus rahasia.
Sumber :
http://sekedarwawasan.blogspot.com/2012/09/inilah-7-pasukan-khusus-yang-dimiliki.html
http://seahawkairsoft.wordpress.com/pasukan-khusus-elit-di-indonesia/