Pages

Stop Exploitasi Hutan Indonesia!

Rabu, 28 Agustus 2013

Amerika Serikat Bersiap Serang Suriah


Menteri Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel menyatakan militer AS telah siap untuk menyerang Suriah. Mereka tinggal menunggu perintah Presiden Barrrack Obama.  Hal ini disampaikan Chuck Hagel saat ditanya wartawan  di sela-sela kunjungannya ke Jakarta, pekan ini.  Saat ini AS dan sekutunya terus mematangkan rencana penyerangan militer ke Suriah. Bahkan sebuah sumber di pemerintahan AS mengatakan, serangan kemungkinan dilakukan pada hari Kamis pekan ini.

Kepada NBC News, Selasa 27 Agustus 2013, sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan, Kementerian Pertahanan AS  telah merampungkan rencana untuk penyerangan selama tiga hari. Menurutnya, serangan ini bukan untuk menggulingkan Assad, tapi sebagai pesan bagi pasukan Suriah untuk tidak membantai rakyat sipil.

Sumber menjelaskan, serangan kemungkinan besar diluncurkan dari kapal perang Angkatan Laut atau kapal selam di Laut Mediterania. Dalam beberapa hari terakhir ini, AS telah merapatkan kapal perangnya ke Suriah, yang terletak di wilayah timur Mediterania.

AS diperkirakan akan menggunakan rudal Tomahawk. Rudal ini memiliki presisi sempurna, tidak hanya mampu mengincar gedung, bahkan jendela tertentu dalam bangunan bisa ditarget. Rudal ini bahkan bisa ditembakkan dari wilayah paling barat Mediterania.

Menurut sumber di Angkatan Laut AS, empat kapal perang destroyer telah siap melancarkan serangan, USS Barry, USS Mahan, USS Ramage dan USS Gravely. Kapal destroyer armada ke lima pembawa rudal jelajah, USS Stout, juga telah memasuki Mediterania melalui Selat Gibraltar. Namun USS Stout tidak akan ikut serta dalam penyerangan.

“Empat destroyer yang sekarang telah ditempatkan memiliki lebih dari cukup rudal jelajah,” kata sumber.
Destroyer USS Barry menembakkan Rudal Tomahawk dalam operasi Odyssey Dawn di Libya tahun 2011 (photo: Jonathan Sunderman/ U.S. Navy)
Pemerintah Amerika Serikat terus memuntahkan tuduhan mereka terhadap Suriah yang menggunakan senjata kimia membantai warganya. Tudingan terbaru datang dari Wakil Presiden Joe Biden. “Tidak ada yang meragukan bahwa pria, wanita dan anak-anak yang tidak berdosa telah menjadi korban serangan senjata kimia di Suriah, dan tidak ada yang meragukan yang bertanggung jawab atas kejahatan yang mengerikan ini adalah rezim Suriah,” kata Biden.

Seorang pria memegang tubuh jenazah anaki di antara mayat lainnya. Aktivis mengatakan  mereka dibunuh oleh gas saraf di wilayah Ghouta, Duma Damaskus 21 Agustus 2013. (Reuters / Bassam Khabieh)
Seorang pria memegang tubuh jenazah anaki di antara mayat lainnya. Aktivis mengatakan mereka dibunuh oleh gas saraf di wilayah Ghouta, Duma Damaskus 21 Agustus 2013. (Reuters / Bassam Khabieh)
Dukungan Perancis dan Inggris
AS mendapatkan sokongan dari Perancis dan Inggris yang sama-sama mengeluarkan kecaman keras atas kekejaman di Suriah. Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan mereka siap menghukum pemerintah yang membantai rakyat sipil.

Perdana Menteri David Cameron mengatakan  sudah saatnya Barat tidak tinggal diam  menghadapi tragedi kemanusiaan di Suriah. “Jika kita diam saja, kita telah membuat preseden berbahaya, diktator dan pemimpin brutal akan menganggap bisa lolos setelah menggunakan senjata kimia di masa depan,” kata Cameron.

Italia menyatakan tidak akan ikut dalam serangan ke Suriah. Pemerintah Italia mengatakan, perlu ada konsensus di Dewan Keamanan PBB sebelum serangan dilakukan. Namun Barat bersikeras, tidak perlu ada kesepakatan di DK PBB, karena gentingnya situasi. Lagipula, seluruh keputusan DK PBB akan diveto oleh  Rusia dan China.

Evakuasi Rusia
Meski mengecam keras rencana serangan AS ke Suriah,  namun Pemerintah Rusia tidak mau menganggap enteng ancaman AS tersebut. Rusia pun telah mengevakuasi warga negaranya dari Suriah dengan menggunakan dua pesawat milik Kementerian Darurat Rusia.  Sebanyak 116 warga negara Rusia dan warga bekas Uni Soviet diterbangkan dari kota Latakia, Suriah.

Pesawat  kargo pertama, Ilyushin-76 mengangkut 89 orang yang memutuskan untuk meninggalkan negeri yang dilanda konflik berkepanjangan itu. Pesawat tersebut tiba di bandara Domodedovo di Moskow, Rusia  Selasa, 27 Agustus malam waktu setempat.

“Di dalam pesawat ada 89 prang yang berkeinginan meninggalkan Suriah, termasuk 75 warga Rusia,” kata juru bicara Kementerian Darurat Rusia, Irina Rossius seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (28/8/2013). “Mereka sebagian besar wanita dan anak-anak,” imbuhnya.

Dua pesawat Ilyushin Il-62M Rusia mendarat di Suriah pada 27/8/2013 membawa 20 metrik ton kargo kemanusiaan untuk penduduk lokal dan pulang mengangkut 89 warga Rusia yang memilih meninggalkan Suriah (photo: en.alalam.ir/news)

Pesawat kedua, Ilyushin-62 mendarat di Latakia pada Rabu dini hari waktu setempat dan kembali ke Moskow pagi tadi. Di atas pesawat tersebut terdapat 27 warga Rusia yang memutuskan untuk angkat kaki dari Suriah.

Kementerian Darurat Rusia telah mengevakuasi sekitar 750 warga Rusia dalam sejumlah penerbangan sejak konflik Suriah pecah pada Maret 2011 lalu.

Ketengan di Suriah memuncak setelah oposisi Suriah menyatakan lebih dari 1.300 orang tewas dalam serangan-serangan kimia di wilayah-wilayah dekat Damaskus pada 21 Agustus lalu.  Pemerintah Suriah membantah melakukan serangan kimia tersebut. Rezim Presiden Bashar al-Assad malah menuding pemberontak sebagai pelaku serangan mematikan itu.  Namun pemerintah AS berkeyakinan serangan senjata kimia itu dilakukan oleh Pemerintah Assad, setelah AS melakukan penyelidikan lebih mendalam.

thanks to jakartagreater.com

0 komentar:

Posting Komentar